Sabtu, 23 Mei 2009

Tamu hotel Bumi, jangan menghukum diri

Tamu hotel Bumi, jangan menghukum diri


ditulis : Lianny Hendranata

telah terbit di Suara pembaruan edisi : 2 Januari 2005

http://www.suarapembaruan.com/News/2005/01/02/Psikolog/psi02.htm


Seorang klien dalam dialog konsultasi mengatakan, dia sudah sangat frustrasi dengan kehidupan rumah tangganya. Bagaimana tidak? Di usia pernikahannya yang sudah hampir mencapai 25 tahun, ternyata sebagai seorang istri, khususnya sebagai perempuan, dia merasakan hubungan seks adalah hal yang paling menyiksa!


Hal itu bisa terjadi akibat banyak faktor. Hubungan intim yang bagi kebanyakan pasangan menjadi hal yang menyenangkan, bagi klien tersebut merupakan sesuatu yang menakutkan, terlebih sekarang dia memasuki masa pramenopause, ketika alat genitalnya lebih kering dibanding dengan sebelumnya. Hubungan seks yang sejak dulu terasa sakit sekarang sudah merupakan siksaan dunia baginya. Dia selalu bertanya dalam hati, "Apa enaknya orang berhubungan intim...?"


Banyak orang, terutama kaum perempuan, sangat minim untuk berbuat yang lebih baik atau spesifiknya, "yang lebih nikmat" untuk menjalani kehidupan ini.

Perempuan banyak yang hanya diam berpangku tangan, menunggu dan menjalani nasibnya, tanpa mau berusaha mencapai apa yang seharusnya bisa dinikmati dalam hidupnya! Dengan kultur budaya Timur, kita memang dituntut untuk membatasi diri dengan norma-norma ketimuran, dan itu tidak ada salahnya!

Tetapi hidup tercipta untuk dinikmati sehingga jangan biarkan diri menerima siksaan neraka ketika kita masih hidup di dunia ini.


Memang kita hidup di alam yang mempunyai hukum dan peraturan, baik hukum baku yang diterapkan dan diciptakan oleh manusia maupun adanya hukum yang tidak terlihat tetapi tetap harus dipatuhi agar alam mempunyai ekosistem yang seimbang.


Jika kita sudah mempunyai kesadaran, kita pun tidak memerlukan hukum dan peraturan lagi. Tetapi, jika kita masih hidup dalam ketidaksadaran, hukum dan peraturan harus menjadi kerangka yang membatasi kita dalam berpikir dan bertindak.


Kembali kepada klien di atas, dia sangat menderita karena hidup dalam alam "ketidaksadaran" dengan banyak hukum serta peraturan yang dibuat sendiri, untuk membatasi ruang geraknya sebagai makhluk hidup yang bebas. Bayangkan ketika seseorang menikmati pijatan untuk melepaskan lelah di tempat pijat kesehatan dengan nyaman, dia terpaksa harus dibawa ke rumah sakit karena ada otot yang terkilir parah.


Dia mengerang kesakitan hebat, pasalnya dia sangat tegang ketika dipijat karena yang memijatnya seorang terapis laki-laki, yang ketika melakukan tugasnya membuat dia menjadi terangsang. Secara otomatis dia merasa timbulnya rasa terangsang itu adalah dosa besar yang harus dihindari, suatu kesalahan pada dirinya yang sudah dia lakukan.


Akibatnya terjadi ketegangan yang hebat dan berakibat harus masuk rumah sakit untuk fisioterapi. Dia menghukum dirinya sendiri, padahal jika dia bisa melepaskan diri dari hukum yang diciptakan sendiri, dengan berpikir kalau pijatan yang menimbulkan rasa terangsang itu adalah bentuk pengobatan untuk kekeringan organ genitalnya, dan setelah merasa cukup basah, dia bisa pulang dan melakukannya dengan sang suami, mungkin terjadi hal yang happy yang selama ini dia tidak rasakan.


Sebagai Tamu di Hotel Bumi

Hidup ini jika kita umpamakan tinggal di hotel, anggap saja bernama "Hotel Bumi". Yang jelas kita sebagai tamu hotel, sehingga manajemen hotel mempunyai banyak peraturan yang dibuat untuk para tamunya, begitu juga dengan kita yang berdiam di dalamnya.


Kita sebagai manusia, sekarang harus menentukan jalan pikiran untuk hidup kita sendiri, kita mau sebagai tamu yang berkesadaran, kita tahu ada peraturan yang harus tetap dipatuhi, walaupun manajer hotel tidak mengawasi kita sebagai tamunya dengan ketat.


Semua orang lahir di dunia, tidak ada kelas-kelasnya. Karena itu, diri sendirilah yang menjadi penentu dalam hidup ini, mau pilih manajemen manapun.


Nah, sebagai seorang istri, klien di atas sudah hidup dengan begitu bodoh karena membiarkan dirinya menjadi orang yang patut dicurigai oleh manajemen "Hotel Bumi", dan setiap gerakannya mengundang kecurigaan petugas hotel kalau-kalau dia seorang maling! Padahal, dia orang yang "suci" yang sangat takut dosa!


Tambah Tonikum dalam Hidup


Berdosa atau tidak berdosa, suci atau tidak suci, sebetulnya bergantung pada pikiran kita sendiri. Daripada capai memikirkan dosa atau tidak berdosa, lebih baik nikmati hidup ini dengan apa yang sudah Tuhan ciptakan dan berikan pada umatnya.


Kita mempunyai tubuh dan pikiran, sebagai manuisa yang hidup dengan berkesadaran, kita yakin hukum sebab akibat yang menjadi dasar kehidupan manusia ada pada kita, dan setiap aksi kita pasti menimbulkan reaksi positif dan negatif untuk kehidupan itu sendiri.


Nah isilah kehidupan rumah tangga kita dengan kenikmatan yang Tuhan beri, yaitu hidup sebagai pasangan yang bisa menciptakan surga duniawi, yaitu "bercinta" dengan segenap jiwa raga, singkirkan semua rasa sungkan, risih, tabu, kotor dan sebagainya. Suami atau istri kita adalah orang yang berhak sekaligus berkewajiban untuk sama-sama melakukannya.


Kita tidak perlu menjadi pemain cinta yang paling baik, tetapi cukup menjadi yang terbaik yang bisa dicapai bagi pasangan dan diri kita sendiri. Sangat perlu diingat gairah seksual tiap orang adalah unik. Sehingga kepuasan yang dirasakan tiap pasangan pun bersifat spesifik.


Kepuasan seksual juga bergantung pada gaya hidup yang mendukung kesehatan badan dan jiwa Anda. Bila ada masalah yang timbul sehubungan dengan kepuasan seksual, sebaiknya coba teliti apa yang terjadi dalam lingkup hidup kita.


Apakah ada sesuatu yang membuat kita gelisah sehingga kurang enak makan atau kurang nyenyak tidur. Atau justru perubahan sikap emosional pasangan kita, yang membuat kita frustrasi, sebab jika kita depresi dan sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, jelas akan sangat berpengaruh pada kegiatan seksual kita. Karena itu, cobalah melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, sedapat mungkin untuk mengoptimalkan sensual dan kehidupan seksual untuk kembali bergairah dan sehat.



Sebab cinta mengajarkan pasangan untuk mengalirkan energi, lebih dari sekadar sentuhan fisik. Sehingga pasangan yang bercinta dengan batin, akan merasa- kan hubungan medan elektrik itu, bahkan ketika mereka tidak bersentuhan, atau tidak berada dalam tempat yang sama.


Tentu saja kita diharapkan berkesadaran untuk tidak terjebak dalam hukum yang menghukum diri sendiri, karena umumnya perempuan Timur masih menganggap suatu dosa besar kalau minta kepuasan seks dengan pasangannya, dan berlaku seperti seorang profesional. Nah, lepaskan perasaan itu, ciptakan usaha untuk hidup lebih baik dan dinikmati!


Seseorang yang merasa terpuaskan dan hidup dengan rasa bersyukur, akan bisa memancarkan rasa bahagia untuk orang di sekitarnya. Karena itulah, jadilah orang yang menyenangkan dengan energi kebahagiaan yang terpancar.


salam hangat untuk semua penghuni hotel Bumi,

L.H



Tidak ada komentar:

Posting Komentar