Senin, 18 Mei 2009

Suka Belum Tentu Cocok

Suka Belum Tentu Cocok


Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat saat ini, telah membuat para ahli mampu membaca dan mengetahui kode-kode DNA, gen yang mempengaruhi keadaan fisik seseorang.


Dr MichaelDexter telah menemukan kode-kode (teks) untuk membaca DNA. Gen inilah yang membuat seseorang memiliki mata berwarna biru atau hitam, serta berkulit kuning, hitam, atau cokelat. Gen itu juga yang membuat seseorang berambut pirang atau hitam.

Dalam perkembangannya, gen itu pun tidaklah sukar untuk diubah, sesuai keinginan.
Bahkan, konon mengubah watak maupun bakat pun sudah bisa dilakukan. Entah ini hanya isapan jempol belaka atau memang merupakan wujud kecerdasan manusia yang tertuang melalui riset ilmu pengetahuan.

Seandainya mencari pasangan hidup sama mudahnya dan sama berhasilnya, seperti Michael Dexter yang bisa menentukan melalui kode-kode untuk memilih gen yang diinginkan, tentu semakin banyak orang yang bisa mereka-reka apa dan bagaimana pasangan yang diinginkan sesuai kecocokan selera. Dengan demikian, tidak tertutup kemungkinan angka perceraian turun drastis sebab banyak pasangan saling merasa cocok satu sama lain karena mereka memiliki pasangan berdasar order yang diinginkan.

Walaupun kecanggihan ilmu pengetahuan telah sanggup memilih gen untuk menentukan warna kulit, warna rambut, dan segala sesuatu yang terlihat (kondisi fisik), tetapi ternyata untuk mencari pasangan hidup yang cocok tetap saja bukan suatu perkara yang mudah.


Idealnya kita memilih pasangan hidup yang saling mencinta serta,
mempunyai kecocokan dalam banyak hal, seperti hobi, selera musik dan selera makan. Minimal cocok dalam hal-hal sederhana dalam keseharian. Jika ditelaah lebih dalam, kecocokan itu bukan saja dalam hal-hal sepele yang terlihat,
tetapi juga dalam hubungan intim, gaya, dan kebiasaan.




Tidak Berbekas

Secara jujur harus diakui rasa suka tidak sama dengan kecocokan. Cinta tidak identik dengan kecocokan. Bisa saja terjadi, kita mencintai seseorang yang sama sekali tidak cocok dengan kita. Jika ini yang terjadi, usaha untuk selalu harmonis dalam menjalani hidup bersama, menjadi sesuatu yang mutlak harus dipenuhi lebih. Dengan kata lain diperlukan lebih banyak toleransi.


Ilustrasi berikut menunjukkan akhir dari episode Yosefto yang “tergila-gila” pada Naini.


Singkat cerita, mereka mabuk kepayang dalam hubungan yang seolah tidak bisa dilepaskan lagi. Mereka merasa sebagai pasangan ideal.


Akhirnya, Naini mengandung buah perbuatan seks yaitu Hamil.!, dan mereka mengambil keputusan untuk berumah tangga.


Setelah anak mereka lahir dan bertumbuh, rasa tidak cocok mulai mengusik.Yosefto yang alergi dengan ungkitan kesalahan di masa lalu, justru dibangkitkan oleh Naini. Perang mulut selalu mewarnai kehidupan mereka.


Seperti yang terjadi pada banyak pasangan, keadaaan bukan mereda, tetapi bertambah runcing, sebab ego masing-masing yang ingin menjadi pemenang. Jika situasi sudah seperti ini, kehidupan rumah tangga menjadi bara dalam sekam.


Tinggal serumah menjadi sesuatu hal yang tidak lagi menyenangkan. Setiap saat yang ada hanyalah teriakan, cacian, dan sanggahan. Rasa suka yang dulu menggebu dan “tergila-gila”, tidak berbekas lagi. dan faktor ketidakcocokan tidak terlihat dan tidak terasa karena tertutup oleh rasa suka yang porsinya lebih besar dan lebih terasa waktu itu.


Pada saat itulah gesekan demi gesekan ego mulai berkembang dan akhirnya muncul kesadaran,”Kenapa saya bisa memilih hidup dengan orang yang sangat tidak cocok dengan saya?” Akhirnya, kita merasa hidup serumah, setempat tidur dengan orang asing!


Pengertian

Ada ungkapan, “Cintailah orang yang mau berusaha untuk hidup dengan kita, bukan mencintai dan mencari orang yang cocok dengan kita!” Jika ada pikiran, seseorang yang disukai pasti cocok dengan kita, berarti telah terjadi kesalahan berpikir. Kesalahan itu harus dibayar mahal pada saat hidup bersama.



Sebaiknya, jika kita memutuskan untuk hidup bersama dengan orang yang disukai, maka segala ketidakcocokan harus dikikis semaksimal mungkin, sehingga kita bisa saling mendekatkan diri. Dengan memahami bahwa tidak ada orang yang sempurna, kita harus belajar mencintai secara sempurna seseorang yang tidak sempurna. Pengertian dan toleransi yang tinggi akan mampu memberi keharmonisan pada suatu hubungan.

Dr Vermon Grounds, President Conservative Baptist Theological Seminary di Denver mengatakan, “Pengertian adalah sesuatu kesadaran timbal balik, suatu kesadaran yang berlangsung dengan sendirinya.” Artinya, kesadaran itu tidak bisa diminta atau diajarkan, tetapi harus keluar dari batin sendiri.

Pengertian dalam suatu komunikasi tak dapat diterangkan dengan jelas. Pengertian adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dapat dirasakan. Anda akan mengerti kalau pasangan mengerti tentang Anda, di saat ketidak cocokan dinetralisasi.


Untuk hidup sebagai pasangan suami-istri, tidak cukup hanya dengan saling mencintai, tapi harus disertai pengertian. Pengertian akan membuat pertengkaran bisa dihindari dan hidup menjadi lebih damai.



salam mesra untuk semua yang bisa mencintai dan dicintai,

L.H




Tidak ada komentar:

Posting Komentar