Sabtu, 26 September 2009

Efek Kebencian & Memaafkan pada jiwa kita



Efek Kebencian & Memaafkan Pada Jiwa






Terbit di Suara Pembaruan edisi 26 Sept '09

Penulis : Lianny Hendranata

http://www.suarapembaruan.com/News/2009/09/27/Psikolog/psi02.htm

Kata "BENCI" merupakan kata ternegatif / terkelam untuk jiwa seseorang, jangankan manusia, hewanpun jika kita katakan, 'saya benci kamu' maka efeknya akan sangat dahsyat. Bayangkan jika di jalanan seseorang berteriak pada kita "saya benci kamu", maka tanpa kenal dan tanpa tahu ada penyebab kebenciannya, kita otomatis langsung timbul ada rasa benci juga padanya.! apalagi jika yang berteriak benci adalah orang yang kita kenal bahkan orang yang kita sayang.! tentu efeknya lebih dahsyat lagi untuk jiwa kita.


Ya kebencian sangat besar pengaruhnya dalam hidup ini, banyak orang tanpa sadar memelihara kebencian dalam dirinya, hingga suatu hari kebencian bertunas menjadi dendam dan membuat tubuhnya menjadi pabrik penyakit kronis.


Kebencian membuat kita selalu merasa kenyang, enggan makan, sulit tidur. Disitulah Kebencian sudah mulai membuat tubuh kita hancur sedikit demi sedikit, Kebencian membuat maag kita menjadi kanibal yaitu mencerna dirinya sendiri karena produksi asam lambung yang berlebihan, dan akhirnya membuat imunsistem kita melemah, membuat kita menjadi pelanggan flu ringan sampai berat, bahkan tidak tertutup kemungkinan menjadi penderita kanker.


Kita merasa 'benci' pada seseorang karena kita menganggap kesalahan terletak pada orang lain.! terlepas siapa yang salah, yang jelas efek kebencian yang kita pelihara akan mengerogoti sendi-sendi kehidupan kita sendiri. Ada contoh ilustrasi cerita, seorang perempuan sangat amat membenci perempuan lain yang suaminya kenal dan jatuh cinta padanya, begitu bencinya dia, sampai membuat segala intrik dan menciptakan fitnah-fitnah keji untuk menjatuhkan perempuan tersebut.!


Nah siapa yang salah dalam hal ini..? apa seratus persen perempuan tersebut.? adakah keinginan dari sang istri tersebut untuk intropkesi diri.? adakah yang salah dari dirinya dalam relasi dengan suaminya. Kenapa sang suami bisa berpaling darinya.? Kenapa dia tidak membereskan urusannya dengan suaminya sendiri, daripada sibuk 'menjatuhkan' saingannya. Dan yang jelas perbuatannya menimbulkan kebencian baru pada perempuan lain tersebut, padahal mata rantai kebencian adalah perbuatan sang suami yang mengalihkan cintanya pada perempuan lain, tetapi kebencian mengalir dan beranak pinak pada dua perempuan tersebut.


Memang terlalu rumit untuk melihat kedalam, kenapa hal yang tidak kita inginkan terjadi pada diri, Kita sudah terbiasa untuk menyalahkan orang lain dan membenci. Yang jelas kebencian tidak akan luntur jika dibalas dengan kebencian.! Budha memberi nasihatnya "Bukan dengan kebencian untuk mengalahkan kebencian, tetapi kebencian akan teduh karena cinta, Lupakanlah maka kebencian berangsur sirna"


Efek Benci pada kesehatan

Minggu lalu saya membezuk seorang klien yang dirawat di sebuah rumah sakit. dia menderita penyakit gagal ginjal dan sedang dalam perawatan, ada kemungkinan salah satu ginjalnya harus 'dibuang', dan terpaksa hidup dengan satu ginjal yang juga sudah tidak terlalu sehat. Melihat usianya yang belum terlalu tua, maka sangat disayangkan kenapa hal ini terjadi.? Dalam dialaog dengannya, banyak keluh kesah hidup yang dia sampaikan, menyimpulkan bahwa batinnya menderita luka parah.!


Saat kita melihat seseorang terpuruk dalam kesakitan, barulah kita sadar, betapa kesehatan adalah hal yang terpenting yang harus kita miliki dalam hidup ini. Banyak kejadian justru ketika kita sendiri yang menderita sakit penyakit, banyak hal yang dijadikan 'kambing hitam' dari masalah kesehatan tersebut, baik itu tentang pola makanan atau gaya hidup. Tetapi banyak orang lupa bahwa kesehatan fisik sangat erat hubungannya dengan kondisi jiwa kita.


Sangat menarik melihat 'benang merah' antara kondisi jiwa kita dengan efek yang terjadi pada fisik kita, Beberapa riset terlihat kenyataan kondisi darah yang mengalir dalam tubuh menjadi kental dan berwarna merah gelap serta mengalir tersedat-sedat, ketika seseorang memikirkan kembali, kejadian-kejadian yang membuatnya sakit hati atau tersakiti secara psikis bukan fisiknya. Demikian juga riset pada pola energi elektromagnetik tubuh menggunakan mesin AVS (Aura Video Station) dimana medan energi berwarna yang kita kenal dengan sebutan aura, pancarannya menjadi susut, serta menjadi keruh dan kehilangan cahayanya saat seseorang mengembalikan ingatannya pada hal-hal yang membuatnya sakit hati, marah dan sedih.


Bisa dimengerti jika kita selalu dalam kondisi 'sakit hati', ketidak lancaran darah yang mengalir ditubuh ini akan menjadi masalah kesehatan serius untuk fisik kita, menjadikan darah kita tersedat sehingga organ dan otak kekurangan oksigen. Demikian juga energi elektromagnetik tubuh kita yang seharusnya menjadi 'perisai' untuk melindungi dan menjaga tubuh fisik dari serangan energi negatif dari luar tubuh sendiri, menjadi kehilangan fungsinya, dan menjadikan tubuh kita lemah tanpa perlindungan, , maka kesimpulannya "Memelihara ingatan (dendam) pada orang yang menyakiti kita, sama seperti kita sendiri yang minum racun dan berharap orang lain yang akan mati.!"


Riset para ahli jiwa dibanyak negara sudah membukukan, pasien-pasien penyakit berat seperti penderita liver kronis, infeksi ginjal dan penderita kanker payudara, gangguan jantung dan sebagainya, bisa sembuh total saat dia bisa melepaskan 'dendam' nya pada hal-hal yang menyakiti hatinya, melepaskan amarahnya, dan mampu memaafkan orang-orang yang membuat luka batin pada dirinya. Ketika dia mampu mengobati luka batinnya, barulah penyakit pada fisiknya berangsur bisa disembuhkan. obat-obatan hanyalah 'pembantu' dalam pemulihan, tetapi penyembuhan terjadi saat Luka batin bisa dilepaskan, dinetralisir sampai taraf hilang dari ingatan jiwa kita.


Memaafkan karunia terindah

Memaafkan bukanlah sebuah perasaan. tetapi sebuah tindakan dari diri kita, apa yang mau kita lakukan, memaafkan atau tidak, itu adalah tindakan diri kita.! Banyak kata maaf berhamburan, apalagi saat hari raya Idul Fitri tiba, tetapi memaafkan yang bagaimana yang mampu melepaskan kita dari sebuah penderitaan batin.?


Saya pernah menulis artikel dan tayang pada Suara Pembaruan edisi 9 Februari 2002 berjudul "Memaafkan, adalah karunia terindah", beberapa saat setelah artikel itu tayang, saya menerima banyak email yang isinya banyak tanggapan dari pembaca, ada yang protes, kenapa Memaafkan dianggap karunia terindah dalam hidup.? Banyak email yang menuliskan, terlalu ke'enakan orang yang menyakiti kita, dimaafkan begitu saja, mereka protes bahwa memafkan bukan karunia terindah dalam hidup. Tetapi juga ada yang bersaksi bahwa sejak dia baca tulisan tersebut dan mampu menetralisir dendamnya pada seseorang, maka dia berangsur sembuh dari penyakit kronis yang sudah lama dideritanya.


Memaafkan mampu melumasi sendi-sendi roda kehidupan yang mulai aus termakan kebencian, memafkan bukanlah hanya 'lips servis'.! Memaafkan yang akan berpengaruh pada kesehatan lahir batin kita, adalah memaafkan yang sungguh-sungguh disadari untuk dibuat, bukan hanya dipaksakan, kita harus sadar bahwa perbuatan kita yang bernama 'memaafkan' ini diperbuat untuk kesehatan diri kita, bukan untuk orang lain.!


Alkitab memberi nasihat untuk kita renungkan dan lakukan : Efesus 4:32 "Membenci dan mendendam membawa permusuhan. Memaafkan dan melupakan membawa kedamaian".

Selamat merayakan Idul Fitri bagi yang merayakan, semoga dihari yang Fitri ini, kita mampu tersadarkan untuk memberi maaf pada orang lain, juga pada diri kita, supaya bisa hidup sehat lahir batin.! Jangan takut mengambil resiko, anggaplah resiko sebagai kesempatan kita untuk belajar. Ya belajar memberi maaf dan belajar menerima maaf.



Selamat memaafkan, dan jadilah Sehat.!


Minggu, 20 September 2009

Sudahkah Berdamai dengan diri sendiri

“Sudahkah, Berdamai Dengan Diri Sendiri”


penulis : Lianny Hendranata

Tayang di Suara pembaruan edisi 20 Sept 2009

http://www.suarapembaruan.com/News/2009/09/20/Psikolog/psi02.htm

Lucu juga ya, membaca judul artikel ini. Masa orang ditanya sudahkah berdamai dengan dirinya sendiri? Beberapa orang mungkin menjawab dalam hati, ‘jelas dong, masa sama diri sendiri saja tidak bisa berdamai. Kalau sama orang lain mungkin saja begitu.


Apakah pernyataan tersebut sepenuhnya benar..?, pernahkah anda mengalami semacam suasana terlibat dialog seru dengan diri sendiri, seolah berdebat dengan seseorang yang asing, dimana dalam dialog ini kita saling menyalahkan, saling membela diri, dan saling menuduh.


Kita akan melihat beberapa contoh ini, Seorang perampok yang menikam suami seorang teman sampai meninggal, pada saat tertangkap, perampok tersebut membentur-benturkan kepalanya sendiri sambil menangis dan berguman: ‘kenapa ya aku sampai melakukan hal seperti ini ? : "Kenapa bisa-bisanya aku menjadi perampok, dan sekarang menjadi pembunuh orang". Perampok tersebut terus menangis dan dengan berteriak, dia katakan : "hukum saya seberat-beratnya, karena saya tidak menghargai diri saya sendiri, saya bukan manusia, saya bukan suami dan ayah yang baik".


Bahkan Ferry (bukan nama sebenarnya) bergumam sendiri, pada saat diwawancara seorang ahli yang ditugaskan perusahaannya, untuk menilai karyawan-karyawan yang akan dipromosikan dalam rangka kenaikan jabatan, demikian Ferry bertanya pada dirinya sendiri: ‘saya sendiri heran, ya kenapa bisa-bisanya saya memegang jabatan bidang komunikasi, padahal saya ini insiyur lulusan pertanian yang keahliannya dibidang bercocok tanam, dan pada saat ini sebagai Publik Relation, saya sebetulnya buta sama sekali. Saya saja tidak mengerti pada diri sendiri, kenapa sampai mengerjakan pekerjaan yang sangat berbeda dengan ilmu yang saya tekuni’.



Tanpa disadari kita sebagai seorang manusia sering kali bingung, apa sih yang membuat kita berlaku demikian..?, padahal bukan maksud hati lho sudah berbuat begitu! (suara ini berdengung lebih sering pada saat kita merasa bersalah dalam bertindak) kadang kita juga geleng-geleng kepala merenung kebingungan, kenapa bisa sampai terjun di arena pekerjaan yang bukan merupakan kemahiran diri dan sangat bertentangan dengan ilmu pelajaran yang kita pelajari dengan tekun (seperti yang terjadi pada Ferry).


Banyak diantara kita yang tidak mengerti apa yang terjadi dengan diri sendiri, sering apa yang dikerjakan disangkal sendiri, apa yang terjadi? dan kita berusaha untuk menentramkannya seolah dengan membujuk-bujuk memberi alasan ini dan itu. Maka jangan heran kita seperti terlibat dialog dengan orang lain yang ada dalam diri kita. Dengan berbuat seperti itu seolah kita mencoba berdamai dengan diri sendiri.


Penulis mengulang pesan seorang guru Meditasi yang berbunyi demikian: “Pikiran yang harmonis ibarat alas kaki yang melindungi kita dalam dunia yang selalu berubah” Hidup adalah pencarian tentang siapa diri kita, ini perjalanan pribadi tidak bisa diwakilkan.


Untuk menemukan siapa diri kita, kuncinya adalah dengan bertanya pada diri sendiri :

1. Siapakah diriku?

2. Apa tujuan hidupku sampai aku terlahir ?

3. Kemana aku ingin menuju dalam hidup ini ?

4. Akan aku jadikan siapa diriku ini ?


Anda semua mungkin masih ingat pada waktu kita kecil kalau ditanya ‘apa cita-citamu?’ kita menjawab ingin jadi ini, dan ingin jadi itu, Tetapi jawaban selalu berubah setiap ditanya kembali.


Nah itulah diri kita, banyak cita-cita yang ingin dicapai, Tetapi yang terpenting setelah kita dewasa, adalah melakukan atau kita jalani dalam hidup ini, hal yang bisa membuat kita damai untuk diri kita, damai juga untuk orang lain (lingkungan kita). Kedamaian menciptakan kebahagiaan jiwa.


hidup itu perjalanan pribadi, kita tidak bisa meminta orang lain untuk menjalani kehidupan kita, maka kita jugalah yang harus merancang dan menjalaninya, Resiko dari salah rancang, pasti ada.! bahkan sering kali terjadi. Tetapi hidup tanpa rancangan (baca : program) maka kita akan terseok-seok menyusuri jalan kehidupan itu sendiri, dan terjerat dalam lingkaran waktu.


Jelas hidup ini sebuah lingkaran waktu, kita harus memanfaatkan waktu yang telah tersedia, ibarat uang deposito, kita berhak menggunakannya semau kita, tapi ingat, akan ada hitungan yang tegas sepemakaian waktu tersebut.


Banyak orang mejalani hidup ini dengan 'mengambang' sekedar hidup...! dan tidak ada tujuan pasti, kita melihat banyak anak orang kaya, jatuh terpuruk dengan warisan orang tuanya, karena dia sendiri tidak mempunyai program yang jelas untuk jalan hidupnya, Bagaimana bisa meneruskan bisnis keluarganya, jika diri sendiri saja masih bingung mau berbuat apa dan untuk apa hidup ini.


Saya kutip tulisan Andri Wongso yang berkata : "Kepuasan terbesar dalam hidup ini, adalah dapat melakukan, apa yang orang lain katakan, kita tidak bisa melakukannya" Benar sekali pemikiran A.W tersebut, bagaimana kita bisa dihargai oleh orang lain, jika kita tidak dapat menghargai diri sendiri.! Banyak orang terpuruk hanya karena gunyingan orang, cemoohan orang lain yang mengatakan 'diri kita tidak bisa', atau 'dia tidak pantas', atau 'masa iya sih dia bisa lakukan itu'.


Buktikan, bahwa kita bisa.! buktikan bahwa jiwa kita mampu berdamai dengan diri sendiri untuk menunjukan bahwa kita orang yang pantas dihargai, karena kita terlebih dahulu menghargai diri sendiri.! Jangan pandang rendah diri sendiri, Tiap orang mempunyai porsi yang sama untuk sukses, hanya orang yang berani berbuat dan berani menanggung resiko gagallah yang akan bisa mendekati kesuksesan itu sendiri.



Komunikasi adalah respek

Komunikasi itu ‘kendaraan’ untuk bisa kerjasama. Demikian juga pikiran dan 'hati', kita harus mampu berkomunikasi, sapa tubuh kita dengan pikiran dan perasaan terdalam dari diri kita, kenali ritmen diri sendiri, ada saatnya kita kehilangan kemampuan untuk berbuat, terutama kerjaan rutin, cobalah 'istirahat' sejenak, 'bermainlah' dengan santai, tidak masalah kita memanjakan sesekali diri sendiri untuk bermalas-malasan, bukan berarti kita malas. Tapi jiwa kita ingin sedikit perhatian, anak kecil dalam diri kita butuh kemanjaan sejenak. Dengan demikian kita respek dengan diri sendiri.


Mengenal diri sendiri, antara kekuatan dan kelemahan kita. Dari kekuatan yang kita punya jalankan untuk menolong kelemahan kita, dan belajar mengaku kelemahan dan bersiap dengan akibatnya. Itu cara belajar untuk menjadi jiwa fleksibel.


Jika kita respek kepada orang lain bisa direalisasikan sebagai : 1) Respek dengan lingkungan, 2) Respek dengan privacy pribadi orang lain, kebutuhan mereka pribadi dengan ruang fisik dan milik, 3) respek dengan berbagai pandangan orang lain, jika tidak adanya respek, maka yang terjadi interaksi menuju ke konflik dan permusuhan. Demikian juga diri kita sendiri, kita harus berdamai dengan diri sendiri agar bisa sehat secara jiwaraga. Sehingga kita merasakan hidup ini sebagai berkah, bukan memandang hidup sebagai suatu hal yang terpaksa harus dijalani dengan berat hati.


Buatlah program rancangan yang jelas dan realistis, seperti seorang penulis yang akan membuat naskah buku, pertama buatlah daftar isi buku, lanjutkan bab per bab, dan jika ada koreksi cukup ditinjau bab per bab, bukan mengulang keseluruhan isi buku, demikian juga hidup kita, ada periode dimana kita harus mengkoreksi, hal tersebut bisa kita lakukan dengan meminimalkan resiko negatif dengan meninjaunya periode per periode yang akan dikoreksi.


Selamat beraktivitas, Kesuksesan bukan hadiah dari langit, tetapi cucuran keringat dan hasil kerja otak, serta nurani yang peka memandang, bahwa hidup ini sebagai ajang belajar. setiap kegagalan adalah pelajaran berharga yang patut dikenang dan dipelajari, agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama.


salam bahagia untuk semua pembaca,

L.H



Jumat, 11 September 2009

Jangan jadikan seks sebagai,'alat tukar' kebahagiaan jiwa

terbit di Suara Pembaruan edisi 6 September 2009
http://www.suarapembaruan.com/News/2009/09/06/Psikolog/psi02.htm




Banyak orang tidak memanfaatkan energi seks untuk hidup lebih sehat secara lahir batin, bahkan beberapa orang menyalah-gunakan kegiatan seks ini, sehingga jadi bumerang yang merugikan kesehatan psikis dan fisiknya sendiri.

Pasangan suami istri Mantak & Maneewan Chia serta Douglas & Rachel Abrams, M.D. menulis buku bersama tentang "The Multipel Orgasmic Couple" dalam buku tersebut, bagaimana mereka menjelaskan, ambilah dan raihlah kesehatan melalui kegiatan melakukan hubungan seks.


Sangat disayangkan jika seseorang, melakukan hubungan seks hanya untuk mengumbar nafsu dan egonya, untuk memelihatkan siapa yang berkuasa.! Sangat penting untuk diingat, Jangan jadikan seks sebagai 'alat tukar'. Banyak orang memberikan seks hanya karena ingin dicintai, mereka menukar kegiatan seks dengan kebahagiaan jiwanya, tidak sedikit orang yang akhirnya kecewa, karena kebahagiaan jiwa tidak bisa ditukar dengan memberikan layanan seks.



Hubungan intim, merupakan expresi cintakasih yang dalam, bukan hanya cinta gombal.! saya berpendapat "Sex dan Cinta adalah dua hal yang berbeda, kedua hal ini bisa bersatu menjadi hal yang sakral, jika merupakan pemahaman menyatunya batin dua orang, jika hanya seorang saja yang berharap mendapatkan cinta dengan memberikan seks, maka pihak lain akan mendapatkan seks nya, tetapi belum tentu mau memberi cintanya dengan tulus.!"





Pemeliharaan lebih penting


Karena kesibukan, seringkali kita melupakan pentingnya kebersamaan ditempat tidur. Jangan jadikan tempat tidur hanya untuk aktivitas seks, coba juga berlama-lama bersama dalam kondisi mata terbuka. Walaupun tidak bisa tiap hari kita, melakukan kebersamaan tersebut, karena sering kali mungkin jadwal ekgiatan kita berbeda, atau sering bertugas keluar kota, Tetapi kwalitas pertemuan sebaiknya tetap yang diutamakan. Apalagi dalam kondisi fisik sudah tidak muda lagi.


Kita sering dibuat heran, melihat pasangan yang tiap hari bertemu tapi untuk bertengkar, bukan mengisi hidup dengan keintiman dan kemesraan, pasangan seperti ini tidak memanfaatkan kebersamaan untuk saling memberi kasihsayang dan perhatian. kebersamaan kita dibatasi oleh umur masing-masing, dan jika kita sadar bahwa usia kebersamaan ini tidaklah terlalu lama, sebab angka kematian saat ini jarang sekali yang mencapai seratus tahun. disitulah kita harus memanfaatkan waktu yang ada untuk selalu menciptakan kebahagiaan-kebahagiaan, agar jiwa kita sehat, dan fisikpun ikut sehat.


Dalam literatur kesehatan China, organ Rahim diumpamakan 'istana energi' , kesehatan dan kecantikan seorang perempuan akan tercermin dari kesehatan energi rahimnnya, dan rahim ini sangat berkaitan dengan perasaaan, disinilah pentingnnya seorang perempuan memelihara perasaan bahagia ketika melakukan hubungan intim, jika kegiatan ini dipaksakan akan berubah menjadi energi strees dan membeku menjadi sikap pesimistis, kurang percaya pada cinta pasangannya.


Para peneliti di University of Pittsburgh mengkaji angka rata-rata kematian dan kondisi kesehatan kronis, di kalangan pasien dalam studi "Women’s Health Initiative", yang telah mengikuti perkembangan lebih dari 100.000 perempuan yang berusia 50 tahun ke atas sejak 1994. "Pertanyaan ini membuktikan rasa tak percaya kepada orang lain (pasangan).


Tindle seorang peneliti yang menyajikan studinya, dalam pertemuan tahunan American Psychosomatic Society di Chicago. menerangkan, pola berpikir semacam itu merenggut 'korban" karena lebih banyak menciptakan penyakit-penyakit kronis pada seseorang, dimana seseorang tidak memercayai psangannya, dalam hal ini lebih terarah pada kasus penghianatan cinta, misalnya pasangannya dicuriagai memadu kasih dengan orang lain dan sebagainya.


Dalam ajaran Seks TAO seorang wanita harus bisa menghormoniskan energi rahimnya, dan seorang lelaki harus juga melakukan hal yang sama, sebelum dan setelah melakukan hubungan intim, agar energi ditubuh tidak berkurang, apalagi sampai terjadi kekacauan yang membuat banyak wanita menderita keluhan-keluhan mulai dari badan yang selalu pegal-pegal sampai keputihan dan kekacauan jadwal menstruasi, sering menderita sakit kepala / (migren, kelelahan dan frustasi, itu pertanda aliran energi seksual tidak harmonis.


Yang dimaksud mengharmoniskan energi, adalah 'pemanasan' dimana pasangan tersebut telah melakukan pendekatan jiwa, berupa kemesraan, dan keintiman yang dibangun jauh sebelum melakukan hubungan seks itu sendiri. energi batin pasangan dibangun untuk menciptakan letupan rasa sayang, rasa dibutuhkan, rasa dihargai, dan rasa dirindukan satu dengan lainnya.





Kepuasan seksual bukanlah hadiah

Perempuan mampu mencapai orgasme sebanyak yang dia mau, itu bedanya dengan lelaki yang keadaanya lebih banyak tergantung keadaan fisik, Dari faktor psikologis, laki-laki terpengaruh lebih fatal dibanding wanita dalam masalah hubungan intim. Pasalnya, laki-laki adalah 'sexually active', kalau tidak bisa ereksi maka dianggap gagal total melakukan hubugan intim, hal ini sangat mempengaruhi kepercayaan dirinya. Sebaliknya, wanita masih bisa bersenggama meski tidak berlibido dan mendapat orgasme, karena ia adalah 'sexually passive'. tapi perempuan tergantung keadaan perasaannya, makin 'enjoy' perasaannya, semakin mesra dan mampu orgasme berkali-kali.


Yang paling bermanfaat, jika bisa menyatukan ritme kejiwaan dengan perasaan bahagia, kegiatan ini mampu memberi manfaat pada kejiwaan, penelitian para ahli jiwa menyimpulkan, pasangan yang merasa senang dan mendapat kebahagiaan dari kegiatannya bercinta, membuat seseorang mampu bersikap ramah dan optimis dalam hidup.


Banyak para istri tidak pernah mengalami orgasme (kepuasan seksual). karena dikira Orgasme itu, hanya hadiah dari pasangannya.! Ternyata orgasme itu harus dipelajari dan diperjuangkan untuk mendapatkannya. Lumayan jika mendapat suami yang agresif sebagai pecumbu yang handal, bagaimana jika kita mendapatkan suami tipe pasif..? tentunya sebagai perempuan tidak akan mau, menerima nasib seumur hidup tidak pernah merasakan 'enak' nya berorgasme, maka berjuanglah dan nikmati manfaatnya bagi kesehatan jiwa dan raga.


Jadilah pasangan yang selalu dirindukan.!

Dapatkah Perempuan belajar dan memiliki kekuatan Orgasme? tentu saja jawabannya : YA.! Orgasme beasal dari bahasa Yunani "orgasmos", yang artinya menambah 'kematangan', gelombang besar penuh gairah, dalam bahasa sanksekerta "Urja", yang artinya makanan dan kekuatan. Manifestasi fisik, orgasme adalah sebuah kekejangan urat / otot yang membuat perasaan 'melambung', orang Prancis menyebutnya dengan 'Le petit mort'.


Kenikmatan Orgasme, memang sulit dijabarkan dengan kata-kata, karena memang harus dialami sendiri. Jadi secara kesehatan, orgasme merupakan suatu kebutuhan biologis yang dapat dirasakan dengan cara yang lembut, bukan dengan cara yang dapat membahayakan diri anda sendiri.


Bagi yang kesulitan mencapai orgasme, coba lakukan beberapa saran ini :
1) Mengenal zona sensitive badan sendiri, latihan terapi cermin itu sangat bagus, yaitu kita melihat cermin untuk mempelajari lekukan dan arena sensitive tubuh sendiri, agar bisa membimbing tangan pasangan kita untuk sampai ke arena tersebut.


2) Memelihara dan membangun fantasi. dalam buku 'Women Who Love Sex', perempuan diajarkan merekam suara berfantasi seks nya, kemudian mendengarkannya kembali untuk merangsang diri sendiri. sekarang banyak buku-buku dan DVD yang bermutu untuk semakin bahagia dalam seks.


4) Membangun pikiran erotis dan sensual tentang diri sendiri, Pro-aktive bukan hanya terima nasib, harus berjuang / berusaha bagaimana mencapai orgasme.


5) Sayangi dan terima apa adanya bentuk tubuh sendiri, maka timbul perasan Percaya Diri yang kuat, ingat kita ini perempuan, kitalah penentu dengan siapa kita mau hidup bahagia..


Orgasme perempuan muncul dengan perlakuan seks, seperti kelembutan yang dalam serta rangsangan dari pasangannya, perasaan tersanjung atas cinta yang diberikan, membuang kesan negatif lain mengenai seks. Cara lain untuk lebih merasakan orgasme, perempuan harus belajar banyak mengenai perilaku pasangannya sebelum mereka berhubungan intim.


Kita sering kali terjebak rasa malas untuk melakukannya hubungan intim, alasan tidak 'mood' dan kecapaian, sering dijadikan alasan utama, padahal untuk bercinta dengan orang yang kita cintai, rasa lelah itu bukan masalah. Aktivitas seks, adalah masa relaksasi jiwaraga yang sangat ampuh.! setelah selesai melakukannya, badan rasanya segar karena otot-otot menjadi lentur lagi, pikiran kembali jernih siap kerja lagi.


Kebosanan dan rasa malas melayani pasangan untuk berhubungan intim, akan menimbulkan perasaan 'ditolak' yang sangat dalam membekas, jika hal ini terus menerus dibiarkan, akhirnya batin menjauh dan malas melakukan kebersamaan, inilah celah, untuk berpaling pada orang lain.! apalagi godaan ada depan mata, ketika hal ini terjadi, banyak Rumah Tangga hancur.


Sebagai pasangan, tidak usah muluk-muluk bercita-cita menjadi pecinta paling hebat di dunia, tapi cukup menjadi pecinta terhebat versi pasangan kita. Selamat berbahagia untuk melakukan hubungan intim yang penuh tanggung jawab kejiwaan, dan rasakan manfaatnya untuk kesehatan jiwaraga kita.


salam bahagia untuk semua pasangan,
L.H