Kamis, 07 Mei 2009

Hayaaaaaah Goooosip.... Ach makin Sip's..!


Hayaaaah Goooosip...Ach makin Sip's..!



Gosip…. Sebuah kata yang akhir-akhir ini sangat popular ditelinga kita, bahkan beberapa stasiun televisi, punya acara khusus yang mengupas gosip antar selebritis atau pejabat, yang beritanya laku dijual bahkan bernilai tinggi.


Wartawan gosip, bukan milik Indonesia saja, kita melihat dibanyak negara juga sama aja, paparazi ini sebutan untuk pemburu berita gosip yang mengejar tokoh mana saja untuk dijual beritanya, bahkan menurut gosip, kematian Lady Diana juga karena dikejar-kejar paparazi.



Kalau kita perhatikan, peredaran gosip itu seperti permainan waktu sekolah SD, masih ingat gak..? jika selesai pelajaran olah raga, atau pada acara pramuka, ada permainan yang seru yang amat menyenangkan, yaitu permaian “berbisik” yang dilakukan dari satu teman ke teman lain, dengan berbaris panjang.


Kita akan tergelak terbahak-bahak, sebab kalimat yang sampai pada teman yang paling akhir sangat berbeda, dengan kalimat yang pertama dibisikkan pada teman yang pertama menerima bisikan ini, dan ketika kesalahan ditelusuri dimana kalimat tersebut berubah menjadi tidak sama dengan bisikan pertama. Dan yang salah mendengar juga termasuk yang salah menyampaikan, akan kena sanksi, disuruh nyanyi ditengah lingkaran..!.


Itu permainan seru dimasa anak-anak, sekarang ternyata ada permaiaan seru yang mirip dengan ini, pemainnya tidak dari jenis kelamin tertentu, juga tidak dari kalangan tertentu, bahkan tidak perduli, mau berpendidikan atau ngak, yang penting bisik membisik
i suatu isiu...! yaitulah bergosip ria.!


Gosip ternyata beredar seperti permainan anak sekolah, yaitu bisik-membisiki dari satu telinga ke telinga lain, dan setiap telinga yang mendengar mempunyai daya tangkap dan persepsi berbeda dari apa yang seharusnya didengar. Itulah gosip..! dimana semakin sering beredar dan semakin ditambah-tambahkan, maka akan semakin asyik dijual, dan semakin banyak yang tertarik.


Terkadang, sulit untuk menelusuri suatu berita yang beredar, apakah benar, sebagai fakta, atau hanya berita iseng saja. Begitu bagusnya peredaran berita itu, sampai sulit membedakan antara keduanya. Tetapi apapun kejadiannya, jika kebiasaan membicarakan orang lain dianggap sesuatu yang punya nilai jual, dan dianggap tayangan yang mendatangkan uang banyak, maka bergosip sebagai kebiasaan yang mengasyikkan antar jiwa, bagi yang hobi menjalankannya.

Bahkan pada kenyataan, orang yang menjadi sumber gosip biasanya mempunyai pergaulan yang luas, dan sangat disukai dilingkungannya, sebab orang seperti ini seolah semua tentang orang lain, atau topik yang orang lain tidak tau, dia sangat tau sampai yang mendetail dan bukan pengetahuan umum, dia sangat tau.! maka dia disukai karena selalu banyak bahan untuk asyik ngobrol dengannya.



Menurut pengamatan dilapangan, kaum perempuan lebih banyak yang hobi bergosip, hal ini mungkin, karena perempuan dalam bersosialisasi lebih banyak menggunakan perasaan, tetapi penelitian terbaru Noel A Card dari 'Universitas of Arizona' mengatakan bahwa pria juga hobi bergosip, ternyata isiu-isiu yang berkembang dan menyebar berasal dari pembincangan sesama laki-laki, dan setelah sampai pada kaum perempuan menjadi lebih pesat lagi peredarannya dan lebih seru dari inti asalnya. Bedanya lelaki bergosip tidak semendetail perempuan, detail disini bisa diartikan banyaknya tambahan bumbu penyedap, yang bikin pendengar bertambah suka.!


Aneh juga dan menarik ya hasil penelitian ini, apalagi penelitian ini dilakukan dikalangan masyarakat Amereika yang terkenal 'cuek' terhadap urusan orang lain. entah gimana kalau penelitian dilakukan pada masyarakat Indonesia hahahahahaa, pasti hasilnya sangat.. sangat menarik.! ayoo siapa yang mau menelitinya.?


Memang benar kaum lelaki umumnya lebih banyak berpikir memakai logika, dan terkenal tidak suka membicarakan masalah pribadi orang lain, berbeda dengan perempuan jika bertemu satu dengan lainnya, lebih suka membicarakan orang lain, membicarakan hasil pekerjaan orang lain, atau masalah orang lain ketimbang membicarakan dan memecahkan masalah punya dirinya sendiri. Sedang kaum lelaki jika bertemu dengan kaumnnya lebih memilih membicarakan sesuatu yang terjadi pada dirinya atau pekerjaannya, kata lain lebih objektif pada apa yang terjadi dan dilihatnya.

Beberapa suku di Indonesia punya acara sebagai 'ajang' bergosip ria, contohnya di Sumatra ada tradisi 'Palenta' dimana kaum lelaki sedesa berkumpul ngobrol-ngobrol atau membahas suatu topik.

Dalam masyarakat Sunda, warung kopi yang biasanya merangkap warung makan, dalam masyarakat Batak, lapo lah tempat makan sekaligus bersosialisasi sambil ngobrol, ngobrol macam-macam berarti itu juga bergosip.! karena tidak selamanya topik atau isiu yang dibahas adalah kejadian yang sudah terbukti kebenarannya.

kebanyakan obrolan akan seru jika banyak pendengarnya mempunyai 'tanda tanya' jadi isiu dilepas dan dipoles, dibumbui sedemikian rupa sampai orang tertarik mendengar dan bertanya-tanya.... ach yang bener nich...? ach .....masa iya sich..? itu kalimat-kalimat tanya penuh ambisi pengen tau.! dan biasanya penyebar isiu mendahului ceritanya dengan kalimat, 'eh tau ngak..?, eh.. percaya gak kalau.........



Bergosip Positif dan Negatif

Ada gosip negatif yang benar-benar sengaja diciptakan untuk menjatuhkan orang yang dianggap saingan bisnis, atau saingan dalam pergaulan, juga saingan dalam memperebutkan kekasih. Perasaan bersaing yang dijalankan dengan negatif, dalam bisnis memperebutkan pasar, seringkali membuat masyarakat resah, karena ada produk makan tertentu atau barang tertentu, yang di isiukan berbahaya untuk dikomsumsi atau dipakai.


Tentang kebiasaan perempuan yang senang membicarakan orang lain, diluar dirinya pernah dibukukan oleh Beth Pontari seorang psikolog dari ‘Fuman University’ di South California, dia mengamati 89 pasangan yang berpendidikan tinggi, dan menemukan kenyataan, perempuan akan mendeskriditkan pasangannya, jika dia sedang ngobrol dengan perempuan lain yang dirasa lebih menarik dari dirinya.

Jadi kesimpulannya perempuan senang memberi bayangan negatif tentang pasangannya, pada lawan bicaranya yang lebih menarik, yang dianggap punya nilai lebih darinya. (ooh gawat ya, hahahaaaaaaaaaaa) Dengan kenyataan dari pengamatan Beth Pontari ini, maka dunia gosip negatif lebih semarak perempuanlah sebagai pengemarnya, juga sebagai pelakunya, juga sebagai pendengarnya, bahkan sebagai korbannya dari gosip berbasis individu..!


Memang ada ya gosip positif..? ini pertanyaan lumrah dan berbentuk cibiran jika kita bilang hal ini. Sebenarnya memang betul, tidak selamanya gosip itu negatif. Saya ingat banget, waktu beberapa minggu sesudah kerusuhan Mei '98, ibu-ibu tetangga sekomplex rame-rame mengosipkan barang apa aja yang harus segera dibeli, karena akan naik berpuluh kali lipat harganya.

Waktu itu beberapa tetangga berkata dengan cuek, 'aku pasrah aja, wong duitnya sekarang untuk borong juga ngak punya', tapi saya perhatian seorang tetangga pemilik warung yang diam tanpa komentar, tapi matanya terus melotot dan menyimak semua isiu yang lagi digosipin, dan besoknya dia keliling pinjam uang tetangga sekomplex yang bisa diminta tolong, ada beberapa tetangga yang mencibir dan kembali mengosipkan kelakuan si ibu ini, sebagai pengamat saya, bersikap netral.! saya ingin tau apa terjadi.? dan setelah cukup uangnya, si pemilik warung ini belanja ke Makro, dia borong celana dalam, kaos dalam berbagai merk yang masih ada di Makro, saya sempat heran juga, apa iya ini gosip, bahwa harga celana dalam bisa naik sampai 10x lipat.? eh ternyata tidak sampai sebulan, benar harga celana dalam, sebagai contoh aja Gt-man menjadi Rp. 9.000,- sampai 12.000,- perhelai, padahal waktu kita gosipin, harganya baru Rp. 1.250,- aja.! hayaaaaaaaaaah nyesel waktu itu ngak ikutan termakan gosip.! hahahaaaaa.


Gosip juga expresi emosi lho...

Banyak orang bilang, kalau bergosip pakai ‘seni’ dong.! Memang aneh yang terjadi dalam masyarakat, secara global, ketika bergosip sudah menjadi trend, gaya hidup masa kini, dunia tidak akan ramai tanpa gosip.


Apa yang dimaksud ‘seni’ dalam bergosip, tentu saja itu bumbu-bumbu tambahan yang semakin halus dan tajam, tapi efeknya dahsyat, dianggap gosip berseni tinggi.! Jika mengolah berita gosip harus memakai ‘seni’ maka menghadapinya pun harus tahu ‘seni’ nya. Jelas orang yang kena serangan digosipkan, akan berang jika gosip itu merugikan nama baiknya, bahkan merusak kariernya, dan gosip akan berkembang menjadi fitnah jika berita edaran itu nyata-nyata jauh dari fakta yang ada.


Emosi itu suatu seni dalam memberdayakan pikiran kita, dan emosi tidak hanya masuk dalam katagori negatif, seperti marah dan sedih, Emosi juga punya katagori mencintai dan membahagiakan. Jika menghadapi pengosip dengan emosi positif, membiarkannya merasa bahagia dengan merasa puas diri, maka efek dari gosip, perlahan tapi pasti akan pudar dengan sendirinya, dan jika pengosip meneruskan intrik-intriknya, maka masyarakat merasa jenuh, jadi tersadar, ternyata ini hanyalah berita isapan jempol belaka, hanya gosip murahan.! sebaliknya jika kita dengan emosi negatif, berkeras membantah, dan marah, maka masyarakat umum akan bertanya-tanya, kenapa ada perlawanan itu, pasti ada hal yang ingin ditutupi.


Perangi pengosip dengan senyum damai yang memberi kebahagiaan padanya, jika apa yang dijadikan berita gosip itu, hanya berita bohong yang dibuat untuk kesenangan pembuat gosip, atau sekedar ladang baru untuk mendapatkan perhatian atau penghasilan, atau sebagai pemuasan ego diri yang diekspresikan, karena mempunyai rasa iri dengki pada orang yang gosipkan. Dengan memberinya kepuasan ego maka tidak akan merugikan dan menyakiti hati kita..........Cuek aja, dan hadapi dengan guyonan aja nanti dia belingsatan sendiri hahahaa.


Gosip sama dengan emosi, jika semua dianggap negatif dengan cara dihilangkan, maka kita juga akan kehilangan semua perasaan, sebab emosi ada negatif dan positif, begitu juga gosip, bahkan selebritis yang mulai ‘turun’, sepi liputan, akan membuat ulah agar ramai digosipkan lagi, jadi gosip juga ada gunanya untuk mendongkrak nama, tinggal tergantung mau yang negatif atau positif, semua pilihan juga ada ditangan kita sendiri, jadi menghadapi gosip sama dengan memberdayakan diri untuk menetralisir emosi, bukan menghilangkan emosi. (ini pendapat saya pribadi, mungkin kokiers bisa menambahkan kiat-kiat menghadapi gosip atau malah kiat-kiat menciptakan gosip untuk cari duit hahahahaa, kalau yang ini gak tanggung jawab deh dosanya)

Salam bahagia bagi yang senang menggosip dan tergosipkan,

L.H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar