Kamis, 28 Mei 2009

Berpikir Positif Memperkuat Jiwa

Berpikir Positif Memperkuat Jiwa


ditulis oleh : Lianny Hendranata

terbit di Suara Pembaruan edisi 17 Agustus 2008

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/08/17/Psikolog/psi01.htm


Sikap hidup kita sangatlah menentukan jalan nasib kehidupan kita. Apa pun yang dijalankan atau dilakukan dalam menanggapi persoalan hidup yang ada, akan sangat berpengaruh pada kehidupan itu sendiri, terutama bagi kebahagiaan kita.


Pikiran yang negatif akan membawa kita terpuruk pada situasi tidak jelas dalam penentuan langkah kita sendiri. Karena, kita melihat segala sesuatu adalah penderitaan, dan kita hilang keyakinan untuk memperjuangkan kebahagiaan yang menjadi hak kita.


Kehidupan ini tidak akan pernah berjalan secara tetap (konsisten), maka menghadapinya juga harus dengan sikap yang tidak konsisten, kadang harus dihadapi dengan tegas, kadang harus dihadapi dengan lembut, kadang harus berargumentasi, kadang pula harus dilalui dengan proses diskusi. Konsisten adalah lawan dari aliran air, sebab air tidak pernah mengalir dengan lurus kaku, aliran air mengalir mengikuti keadaan, aliran air begitu luwes mengikuti keadaan yang selalu berubah.


Jiwa kita pun diharapkan demikian, mampu beradaptasi mengikuti arus kehidupan dengan luwes, tanpa kehilangan jati diri yang positif. Dengan demikian, jiwa kitadiharapkan akan selalu sehat dan mampu berpikir positif serta terekspresi sebagai prilaku positif.


Orang yang berpikir dan bersikap positif memandang suatu kegagalan, sebagai pembelajaran untuk menuju kesuksesan yang belum mampu diwujudkan, sementara orang yang berpikir negatif memandang suatu kegagalan, sebagai kesialan dan terpuruk karenanya.


Lebih diperparah jika kegagalan ini dianggap kesalahan pihak lain, tipe orang seperti ini, menerima kegagalan, bukan dengan memperbaiki diri, melainkan terjebak dalam 'narcisme', Dengan selalu berpikir bahwa orang lainlah yang salah, dan kesalahan ini menyebabkan penderitaannya.


Di dunia ini tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri. Demikian juga kegagalan, tidak akan jadi permanen, kecuali kita sendiri yang menentukan, apakah kita akan menjadi budak kegagalan dengan pikiran negatif dan mencemooh diri sendiri sebagai orang yang selalu sial, atau mau menjadi majikan dari sikap postif yang akan mengantarkan kita pada nasib baik dan keberuntungan.


Keberuntungan mempunyai aturan yang jelas, ketika kita bersikap positif pada orang lain, kepositifan akan terjadi pada diri kita, berdasarkan hal ini, jauhilah pikiran negatif yang bermaksud menjegal atau menghambat kesuksesan orang lain, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dengan sikap negatif kita ini. Hukum sebab akibat pasti berjalan sesuai dengan apa yang kita buat, ada aksi tentu ada reaksi, demikian juga energi alam semesta mengatur semuanya.


Kita akan menerima reaksinya atas apa yang kita buat. Jangan biarkan sikap arogan kita, selalu menuding orang lainlah penyebab ketidak bahagiaan kita. Menjadikan kita sendiri lupa intropeksi diri, kenapa ini terjadi, dan apa yang harus kita perbaiki pada keadaan ini.


Banyak contoh sikap negatif, di antaranya, ekspresi mencemooh seseorang, dimana hal tersebut dimaksud agar orang lain memberi pujian terhadap diri kita, akan menjadi bumerang yang menghancurkan diri sendiri, bukan pujian dan bantuan yang akan kita dapat, melainkan sikap menjauh dan rasa tidak nyaman yang ditebar pada orang di sekeliling kita, menjadikan kita kehilangan banyak kesempatan berteman, yang tentu saja merupakan kerugian besar, sebab hidup lebih lancar jika kita saling mendukung dengan relasi persahabatan.


Perbaiki Nasib

Berhentilah membicarakan orang yang tidak kita sukai, karena bisa menyebabkan kita tertimpa nasib buruk dari perbuatan kita sendiri. Jangan mendendam, karena dendam menimbulkan energi negatif, yaitu kemarahan-kemarahan yang terekspresikan pada perilaku negatif yang menghantar kita pada nasib buruk.


DR Dr A J Djohan MM, Direktur RS Suaka Insan Banjarmasin, Kalimantan Selatan, memberi suatu nama untuk penderita penyakit "hati" ini, di mana penderitanya adalah orang-orang yang selalu berpikir negatif pada dirinya sendiri, terlebih pada orang lain. Dia memberi julukan "orang yang membuat penjara mental untuk diri sendiri" Pikiran-pikiran negatif mengantar kita pada situasi negatif pula, banyak hal yang tidak kita harapkan terjadi dengan tanpa sadar kita sendirilah yang menciptakannya.


Nunik seorang teman di Australia, menggambarkan dengan jenaka, pada orang yang selalu merasa super, merasa lebih baik dari orang lain. "Banyak orang bersikap, merasa dirinya super! Padahal, Superman saja tidaklah merasa demikian, sebab dia sadar di luar sana masih ada Batman, Spiderman, Superwomen, dan sebagainya".


Dalam bidang psikiatri, memang ada gangguan jiwa yang dinamakan Narcisistic di mana penderitanya selalu merasa dirinya "super". Merasa sebagai orang penting yang selalu merasa lebih layak diperlakukan istimewa, dan sangat butuh pujian dan berfantasi terhadap kehebatan diri yang dimilikinya, sementara orang lain semua dibawah dia, atau serba negatif.


Untuk memperkuat jiwa kita, daripada kita terjebak dengan kebencian, atas sikap orang yang merasa selalu benar, lebih baik mulailah dari diri sendiri untuk bersikap positif, dengan memberi dukungan baik ide-ide, senyum keramahan, dan canda ria.

Hal ini akan menimbulkan energi postif persahabatan yang akan mengantar kita untuk maju ke arah positif yang memberi kesuksesan dalam hidup ini


Sesungguhnya hidup adalah suatu perjuangan diri. Suatu pertarungan mencari kebenaran. Kebenaran itu hanya dapat kita temukan dalam rasa sakit dan pedih.


Dalam pergolakan jiwa melawan kepentingan diri kita sendiri. Hidup yang berjalan lancar, enteng dan lunak sesungguhnya bukanlah hidup yang nyata, tetapi suatu impian semu.


Pengalaman hidup membuat nurani kita bertumbuh, dengan kepekaan nurani kita mampu eksis dalam menghadapi segala yang terjadi dalam jalan hidup ini, dan kita harus memahami bahwa kita tidak mampu memuaskan semua orang yang menuntut kita untuk kepentingan dirinya.


Ada sebuah nasihat dari seorang petapa kuno anonim yang bisa kita terapkan, agar kita tidak kehilangan jati diri ini, demikian nasihatnya:


Nasihat untuk Jiwa

- Amatilah pikiranmu, karena akan menjadi ucapanmu.

- Amatilah ucapanmu, karena akan menjadi tindakanmu.

- Amatilah tindakanmu, karena akan menjadi kebiasaamu.

- Amatilah kebiasaanmu, karena akan menjadi karaktermu.

- Amatilah karaktermu, karena akan menjadi sifatmu.

- Amatilah sifatmu, karena akan menjadi penentu kemujuran.


salam bahagia, dan selamat melepaskan Ego.!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar