Sabtu, 16 Mei 2009

Seks Seru dilingkungan anak

Seks Seru di Lingkungan Anak-anak


ditulis : Lianny Hendranata
terbit di Suara Pembaruan edisi 29 Januari 2005



Kalla tayangan OprahWinfrey Show disajikan salah satu stasiun televisi swasta, penulis berharap sebanyak mungkin orangtua, terutama kaum ibu untuk menyaksikannya. Tema yang diangkat dalam acara itu sungguh menanrik dan perlu disimak semua orangtua. Dalam diskusi itu dibahas berapakah usia yang pantas untuk seorang anak belajar dan melakukan hubungan seks.


Hadir dalam acara tersebut beberapa orangtua yang membagi pengalaman mereka dan bercerita seputar seks dengan masalah anak-anak mereka. Beberapa orangtua yang hadir, sebagai orangtua yang "diperingati"/dipanggil kepala sekolah karena anak mereka yang masih duduk di kelas 5 - 6 SD kedapatan melakukan oral seks di dalam bus sekolah, ditonton teman-temannya dalam satu bus. Anak-anak tersebut melakukan hal itu dengan bebas dan berganti pasangan setiap hari, dan rata-rata usia mereka sekitar 10-12 tahun.


Seorang ibu bercerita, ketika tidak sengaja mengobrol santai dengan putranya yang baru 12 tahun, bahwa sang putra menyatakan: "Seks oral, bukanlah seks yang sesungguhnya" (kata-kata itu pernah diucapkan seorang presiden Amerika) sebab menurut anak tersebut: "Seks oral dia lakukan sama seperti ciuman saja, dan tidak perlu sampai tahu nama pasangannya untuk melakukan hal tersebut. Ketemu di jalan pun jika mau sama mau, maka dilakukanlah". Tetapi berhubungan seks sesungguhnya hanya dengan teman yang adalah pacarnya. Sehingga dia minta kepada ibunya disediakan kondom untuk hal itu. Tentu saja sebagai seorang ibu, kebingungan menghadapi kenyataan itu.


Kemudian seorang ibu membagi keluhannya, ketika dia mendapat masalah jika menegur anaknya yang baru berusia delapan tahun, jika suatu waktu kedapatan berbuat salah, dan memarahinya, lalu anak tersebut menjawab: "Kenapa mama, begitu marah dengan kesalahan saya, seharusnya mama sadar, bahwa diri saya ada karena perbuatan seks mama dan papa."



Problem Orangtua

Rupanya masalah seks yang dilakukan anak-anak membuat pusing semua orangtua, bukan saja dialami oleh orangtua di belahan dunia Timur, di Amerika pun sebagai negara maju yang berwawasan modern ternyata urusan itu tetap saja membuat orangtua pusing dan mereka repot mengurus anak-anak mereka yang masih di bawah umur.


Ditampilkan dalam tayangan Oprah show itu beberapa cuplikan pendapat anak-anak tentang masalah yang sedang dibahas orangtua mereka. Demikian beberapa kalimat yang direkam: "Sebetulnya masalah seks kami, bukan hal yang besar, hanya orang tua saja yang membesar-besarkannya." Dan "seharusnya orangtua, membiarkan kami untuk melakukan apa yang membuat kami bahagia dan hidup menyenangkan, karena permainan seks seperti olah raga saja." Dalam tayangan video itu kata-kata tersebut diucapkan anak-anak berusia 10-13 tahun.


Kemajuan teknologi bukan saja memajukan bisnis di seluruh dunia, ketika informasi mudah diakses, tetapi turut juga memajukan kematangan moral anak-anak, karena seluruh dunia bisa memberi informasi tentang apa saja, terutama seks yang diam-diam sangat banyak peminatnya dari kalangan anak-anak muda usia. Di Tanah Air pun beberapa kali hal itu ditayangkan, karena remaja yang terbiasa nonton film porno, memperkosa temannya yang belum lulus sekolah dasar. Oprah pun dalam show-nya berkomentar, rupanya kita orangtua harus beradaptasi dengan dunia baru, yang sangat berlainan kala kita remaja, yaitu 15- 20 tahun yang lalu. Di zaman itu belum banyak media informasi yang bisa dilihat dan ditiru oleh para remaja saat itu, sehingga kesempatan pun belum seluas anak-anak sekarang.


Mesalah media, kualitas tontonan anak-anak di Tanah Air pun banyak tayangan yang seharusnya belum disiarkan di televisi untuk konsumsi anak-anak kecil, tetapi yang lebih menjebak adalah informasi yang didapat secara diam-diam baik dari internet, atau CD yang mudah didapat.



Raymond, seorang remaja 17 tahun pernah menulis artikel (Suara Pembaruan 12 september '04) dengan judul BCG, yaitu artikel yang bercerita seputar pro dan kontra tayangan film Buruan Cium Gue yang menghebohkan dan dilarang beredar.

Dalam artikel itu remaja tersebut memandang film tersebut sebagai imunisasi mental anak remaja Indonesia. Dia mengatakan: "Kami kaum remaja bisa saja mendapat informasi dengan cara kami."


Hal yang terjadi itu semakin dilarang akan semakin membuat penasaran, dan pembajak pun kesenangan karena hasil karyanya dicari orang muda dan laku keras. Jika hal itu terjadi justru keadaan lebih gawat! Rata-rata mereka yang masih berjiwa demikian bisa lebih memperburuk keadaan yang terselubung. Maksudnya bagi mereka yang di atas (baca kaum tua) masih asyik memperdebatkan dan semakin terlena dengan masalah tersebut membuat kesadaran dan kesigapan mereka lemah akan yang di bawah (baca kaum muda), mereka yang di bawah tanpa suara akan dengan semakin gigih dan semakin penasaran mencari-cari "harta" yang mungkin akan lenyap itu, dengan cara-cara anak muda tentunya yang memungkinkan di luar perkiraan/nalar para orang dewasa.


Hal yang bisa disimak dan dilakukan oleh orangtua dari diskusi Oprah itu adalah tetaplah berteman dengan anak-anak, jaga hubungan komunikasi dengan baik, dan membicarakan seks dengan santai dan terbuka, tentu saja dengan porsi anak-anak, dan sangat penting untuk membicarakannya sebagai hal yang biasa bukan yang ditutup-tutupi apalagi ditakut-takuti.

Jika kita tidak membiasakannya, dan baru melakukannya kala kita melihat ada gejala yang tidak "beres" kepada anak-anak, mereka menjadi marah dan tersingung, sehingga ada banyak anak yang berkata dengan kasar kepada orangtuanya demikian: "Kenapa ibu mendadak menanyakan pacar saya, dan soal menstruasi saya? Apakah ibu kira saya berhubungan seks dan hamil, ibu menyinggung perasaan dan harga diri saya!"


Repotnya sebagai orangtua dengan budaya Tmur, kita sendiri juga sangat minim mendapatkan informasi tentang seks dari orangtua kita, apalagi orangtua zaman dulu banyak yang merasa bahwa membicarakan seks itu tabu, hal memalukan, dan terkesan "kotor". Karena hal itu juga menjadi problem dalam rumah tangga saat ini, banyak hal-hal yang kita tidak dapatkan dengan benar, sehingga menjalaninya dengan berpegang pada mitos-mitos.


Sekarang banyak pasangan yang berkesadaran ingin atau segera mengatasinya dengan berkonsultasi dengan para ahli untuk membereskan masalah seputar hubungan intim itu.


Nah, jika sebagai orangtua, kita sendiri sudah punya problem dengan ketidaktahuan, dan keawaman tentang urusan itu, bagaimana kita membina anak-anak kita? Banyaklah "belajar". Tentu hal itu nasihat yang bijaksana karena sekarang buku-buku maupun CD seputar pendidikan seks sudah mudah didapat. Ada baiknya meninjau juga artikel yang sudah pernah dimuat Suara Pembaruan edisi 14 Desember 2003 dengan judul Meningkatkan SQ Suami Istri dan Pendidikan Seks Pra Nikah (Suara Pembaruan edisi 15 Juni 2003)


Bina Kelancaran Berkomunikasi

Seorang ibu dalam diskusi itu memaparkan, kala dia dimintai kondom oleh anak laki-lakinya yang baru berusia 13 tahun, dia terkejut tetapi iaberusaha tenang. Lalu ia mengajak anak tersebut membicarakan apa yang dia akan lakukan dengan barang itu, ibu tersebut memaparkan tentang semua hal sehubungan dengan melakukan hubungan seks itu, dengan terbuka termasuk nikmat dan bahayanya, dan dia mengambil kondom sesungguhnya untuk dibuka dan diperlihatkan kepada anaknya, kemudian mencobakannya pada jari anak itu. Dan ibu itu bertanya apakah anak itu mengerti semua yang sudah dibahas itu. Anak itu pun mengangguk dengan cepat, dan tetap bisa bersahabat dengan ibunya, dan membicarakan soal seks dengan lebih sering sejalan dengan meningkatnya hormon-hormon anak tersebut.


Kala informasi itu didapat secara salah, akibatnya akan fatal. Secara garis besar orangtua juga akan berpikir kritis untuk serapan dan memasukkan bagi anaknya yang selalu diajarkan agar menyaring segala bentuk penyimpangan dalam pergaulan, atau pun hiburan yang kalau-kalau bisa menyebabkan efek negatif bagi anak.


Kita yang menganut budaya Timur akan senantiasa mencerminkan ciri khas bangsa kita, dan menghargai norma-norma ketimuran itu alangkah bijaksananya jika tetap bisa mengikuti zaman yang sudah berubah dan beradaptasi di dalamnya untuk membawa putra-putri kita menjadi anak yang bisa mandiri, dan tegas dalam menentukan kesuksesan hidupnya. Karena itu jangan lupa beri mereka pelajaran tentang akhlak, budi pekerti, dan iman yang kuat.


salam mesra untuk semua orang tua dan anak,

L.H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar