Jumat, 08 Mei 2009

Memaafkan, karunia terindah yang bisa dilakukan

Memaafkan, karunia terindah yang bisa dilakukan


Hasil penelitian dari sejumlah ahli jiwa diseluruh dunia, menyimpulkan bagaimana orang-orang yang memelihara ‘sakit hati’ benar-benar menanggung akibatnya menjadi sakit organ hatinya (liver) dan terdokumentasikan dengan baik bagaimana para pasien kanker dan penyakit berat lainnya bisa mencapai kesembuhan hanya karena melepas amarahnya secara sadar dengan cara memaafkan orang-orang yang membuatnya ‘sakit hati’ dan ‘memendam amarah’ yang membuat ‘luka batin’


Bagaimana kita menangani konflik dalam kehidupan yang membuat kita ‘sakit hati’? Sudah sewajarnya kita ingin membalas sikap yang menyakiti kita, itu manusiawi, wajar-wajar saja.


Tapi perlu diingat kalau hal tersebut kita lakukan berarti kita menyamakan diri sendiri dengan orang tersebut. Kita bergabung dengan segala aspek balas dendam yang tidak berujung, seperti menuangkan minyak kedalam api,

membahayakan semua orang termasuk diri sendiri.


Ajaran sang Budha yang tertuang dalam kitab Darmapala, yang isinya senada dengan kitab suci lainnya yang mengajarkan demikian :


Lupakanlah, maka kebencian akan lenyap. Bukanlah dengan kebencian cara untuk mengalahkan kebencian, Tapi Kebencian akan menjadi teduh karena cinta, Inilah hukum Abadi. Cinta dan Memaafkan adalah dua hal yang saling mendukung untuk hidup damai sejahtera, sehat lahir batin.


Mukjizat yang terjadi berkaitan dengan pemberian maaf.

Pemberiaan maaf mendapatkan keindahannya yang unik dari penyembuhan yang didatangkannya kepada semua jenis ‘sakit hati’ Memaaafkan bukan berarti melupakan tindakan orang yang menyakiti kita, seolah-olah memaafkan harus satu paket dengan melupakan kejadiannya. Kita harus bisa memaafkan tapi bukan melupakan begitu saja, sampai suatu hari kita merasakan hal ynag sama oleh orang yang sama.


Sebagian orang menyakiti hati kita, karena mereka mengira kita layak menerimanya. Terkadang kita tidak tahu dengan pasti apakah kita menjadi korban dari kejadian yang tak terhindarkan yang menimbulkan sakit hati ini secara disengaja atau tidak disengaja oleh orang yang melakukannya pada diri kita.



Akan mempunyai perbedaan yang sangat besar kalau kita ‘sakit hati’ tapi dengan kesadaran penuh kita menelaah masuk kedalam diri sendiri untuk bertanya apakah saya pantas mendapat perlakuan yang menyakiti ini atau memang mendapatkannya dari serangan yang memang orang lain lakukan dengan sengaja secara curang pada diri kita.




nasihat yang bisa diberikan adalah: Tetap Memaafkan, tapi jangan beri kesempatan lagi padanya untuk menyakiti hati anda!. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan menghindarinya untuk berbuat hal yang sama pada anda dikemudian hari.


Pemberian maaf melumasi roda-roda kehidupan ketika gigi-giginya mulai aus.! Kalau pilihan waktunya tepat dan dengan maksud yang tulus, permintaan maaf yang manis merupakan sikap hormat terhadap peradaban manusia.


Tapi sebagian orang lebih mudah memberi maaf atas kesalahan yang orang lain lakukan terhadap dirinya karena banyak alasan, biasanya yang paling kuno adalah karena sangat mencintainya. Kita melihat bagaimana seorang istri atau seorang kekasih yang mendapat tamparan dari orang yang dicintainya hanya karena menegurnya untuk bertanya kenapa mereka dihianati? Dengan segera bisa melupakan dan meaafkan atas tamparan yang mereka terima hanya dengan sebuah rangkulan mesra yang sifatnya pura-pura.



Penulis mengajak pembaca untuk melihat dua kisah yang dialami seorang anak manusia yang dengan susah payah meneruskan hidupnya untuk menghapus ingatan yang membuatnya merasa bersalah dan mencoba memaafkan dirinya sendiri, Klien tersebut bercerita bagaimana sampai sekarang bayang-bayang kesalahan itu tidak pernah pergi dari ingatannya sebagai tanda dia belum bisa memaafkan dirinya sendiri.



Demikian kisah dari klien tersebut, tiga puluh tahun lalu ketika neneknya yang berumur 80 tahun sudah dalam kondisi pikun telah ribut dipagi hari yang sibuk, untuk mencarikan penumbuk sirihnya yang merupakan barang antik kesayangannya yang beliau dapatkan secara turun temurun dari nenek moyangnya.



Tapi karena klien tersebut harus sekolah dan hari itu ada kegiatan penting yang membuat dia ‘stres’ maka dengan ketus dia mengatakan: “tidak ada waktu untuk mencari barang antik nenek, nanti saja kalau pulang sekolah, akan saya carikan.” Tapi apa yang terjadi? Pada jam istirahat kesatu datang orang dari rumah untuk menjemputnya pulang karena neneknya sudah meninggal. Apa mau dikata? sudah terlambat untuk mencarikan barangnya, yang dia tahu persis kalau mau meluangkan waktu sedikit saja, dia bisa menemukan barang tersebut untuk diberikan pada neneknya, dan membuatnya meninggal dengan tentram.



Kejadian kedua Klien tersebut berkisah demikian, Dia mempunyai adik perempuan satu-satunya, bungsu diantara tiga bersaudara. Kejadian 12 tahun lalu tepat diulang tahun adiknya, Dia membelikan kado berupa gaun dan coklat kesenangan adiknya tersebut, tapi karena sang adik tinggal di Bali sementara dia di Jakarta, maka kado tersebut tidak jadi dipaketkan dengan pertimbangan ‘buat apa buang-buang uang untuk ongkos kirim’ nanti saja kado tersebut akan diberikan kalau adiknya yang akan pulang pada hari Natal yang akan tiba sebentar lagi.


Tapi apa yang terjadi? Tepat dimalam natal adik klien tersebut menghembuskan nafas terakhirnya di Bali tanpa memberi kesempatan padanya untuk melihat apalagi memberikan kado yang sudah dirancang dan dibungkus dengan indah. Sampai saat ini Klien tersebut sulit mentoleransi dirnya sendiri, apa yang menyebabkan dia waktu itu untuk menghemat uang ongkos kirim paket, yang nyata-nyata dia mampu untuk membayarnya. Dia begitu menyesal dan menyalahkan diri terus menerus.


Tidak bisa memaafkan diri sendiri tapi yang disalahkan orang lain, Sama halnya ibarat jatuh sendiri tapi menyalahkan teman yang seperjalanan.



Kita lihat kisah ini, seorang pejabat yang bermasa depan sangat cerah dengan jabatan yang sedang menanjak dan terkenal sebagai orang ‘bersih nan suci’ dan sangat berkharisma. yang dimaksud disini sebagai seorang laki-laki yang berhasil menjalankan hidupnya dengan mulus tidak pernah melirik permpuan lain atau korupsi, pokoknya bersih tuntas yang menjadikannya sedikit arogan karena merasa tidak bercela.


Tapi apa mau dikata dalam perjalanan hidup seseorang bisa saja jatuh, dan yang dialami laki-laki ini adalah dengan segala kebersihan dan kesuciannya, dia jatuh cinta lagi pada seorang wanita biasa yang kebetulan istri orang.! seiring dengan jalanannya waktu rupanya keduanya sama-sama jatuh dan terjadilah hubungan yang seharusnya tidak dilakukan, tetapi mereka lakukan berpuluh kali. Sampai suatu saat sang laki-laki baru menyadari dan terkejut akan apa yang dilakukannya, semakin dia menyadari hal tersebut semakin dia membenci sang wanita, hanya karena dia menyadari telah berbuat salah dan tidak bisa memaafkan dirinya, yang telah membuatnya merasa sangat bercela (kotor).! dan yang paling ditakutinya sekarang dia sudah tidak bersih lagi dan ‘raport ketidak bersihan’ itu dipegang sang wanita yang membuatnya merasa saat ini kekuatannya menjadi terganggu karena ada orang yang memegang kartu ‘AS’ nya.


Dari kisah tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa memaafkan diri sendiri itu sangat sulit, jadi kalau kita memaafkan. Kita harus bisa melampaui hukum normal yang mengikat kita pada hukum alam ‘sebab akibat’ dengan zat cinta pada diri sendiri kita mampu melakukan pemaafan itu dan membebaskan diri kita dari masa lalu yang menyakitkan. Kita terbang melampaui moralitas penyalahan diri supaya bisa menciptakan masa depan baru dari ketidak adilan masa lalu. Kita membebaskan jiwa kita dari kesalahan yang dilekatkan pada riwayat hidup kita.


Memaafkan diri sendiri, membebaskan diri dari rasa bersalah. Sangat memerlukan keberanian dan keteguhan hati. Kita akan memulainya untuk bisa keluar dari bayang-bayang masa lalu dengan membuat skenario baru untuk naskah hidup kita selanjutnya. Kita perlu memaafkan diri sendiri, seperti selayaknya kita memaafkan orang yang berbuat salah pada kita .! tetapi orang tersebut sudah meninggal. Jadi tidak ada lagi harapan apapun dari orang tersebut karena sudah tidak ada.



Memaafkan tidak mengubah fakta dari masa lalu kita. Klimaks dari pemberian maaf, hal itu akan datang setelah kita merasa bersatu kembali dengan diri sendiri secara utuh. Kita menyadari telah berbuat kesalahan dan tidak punya daya dan kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan itu, dan ada semacam perjanjian yang hanya diri kita sendiri yang mengetahui bagaimana kita berjanji tidak akan mengulanginya dan akan menjalani hidup baru dengan cara berpikir baru untuk meraih pengampunan yang diberikan oleh diri sendri yang menjadikan kita hidup lebih baik. Memaafkan diri sendiri merupakan Mujizat penyembuhan yang tuntas atas kehidupan itu sendiri. Bisa memaafkan merupakan Karunia yang terindah dalam hidup seseorang, baik itu memaafkan diri sendiri atau memaafkan orang lain.


Salam bahagia untuk semua yang termaafkan dan memaafkan,


ditulis: Lianny Hendranata untuk "Suara Pembaruan" edisi Mei '03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar