Kamis, 07 Mei 2009

Cemburu, bumbu Cinta yang buat kacau hubungan


“Cemburu, bumbu Cinta yang buat kacau hubungan”


Pada saat memasuki abad ke 21 para ilmuwan sepakat menyimpulkan penelitiannya, bahwa hubungan dua orang dalam mendifinisikan Cinta adalah: Campuran dari ‘Psikologi, Biologi dan Kimia’. Seseorang yang sudah mengalaminya, bisa berpendapat bahwa : Perasaan Cinta (rasa sayang terhadap seseorang) tidak mengenal bangsa, budaya maupun usia, bahkan tidak mengenal situasi dan kondisi dari manusia manapun didunia ini. Dimana penghayatan hubungan itu terisi dengan kemauan, harapan dan tuntutan, serta dibumbui oleh fantasi, imajinasi, visualisasi. Dan yang paling membuat hubungan menjadi panas, serta menimbulkan keretakan adalah bumbu cinta yang bernama cemburu.!



Rasa Cinta (sayang) selain berisi harapan untuk selalu dekat dengan segala hal yang diinginkan, juga memiliki pemahaman bahwa, orang yang dicintai itu ‘milikku’. Dikarenakan pemahaman ini, banyak menyebabkan seseorang mengalami apa yang dinamai ‘cinta egois’, cinta yang mengekang pasangannya dalam banyak bentuk, ini terjadi karena rasa takut kehilangan orang yang dicintai.



Jika hubungan berdasarkan hal ketakutan, bisa dipastikan lambat atau cepat, pasangan menjadi menjauh dan berusaha ‘damai’ hanya untuk membuat ketentraman. Tetapi sebaliknya perasaan cinta malah menjadi mencair. Ibarat gunung es jika terlalu dipegang dan dibakar cemburu, maka yang terjadi bukan lebih mencintai, tapi cinta menjadi hilang, karena pasangan merasa tidak dihargai, lebih tepat tidak dipercayai. Padahal seseorang akan lebih bereaksi positif jika dipercayai, jangankan pasangan kita, anak-anak pun lebih respek jika diberi kepercayaan.



Seseorang yang terjebak dalam hal mencintai dengan perasaan takut kehilangan, biasanya banyak dibakar oleh api cemburu. Dan, dengan bercanda orang mengatakan, bahwa cemburu adalah bumbunya saling mencintai. Bahkan banyak pendapat yang mengatakan bahwa ‘Cemburu ada, karena cinta yang dalam’ memang betul, perasaan cemburu adalah ekspresi adanya cinta, tetapi itu bukan cinta terhadap pasangan kita, tetapi lebih dimaksud cinta kepada diri kita sendiri, yaitu takut kehilangan orang yang dicintai. Maka banyak macam eksepresi cemburu yang dikeluarkan, contoh: tidak memercayai apa yang dilakukan pasangan diluar kita. Menjadikan kita paranoid dengan berpikir selalu negatif terhadap kelakuan pasangan kita. Rasa percaya diri meluntur, maka banyak ulah menjadi ‘show-of’ terlalu menonjolkan diri yang tidak pada tempatnya, dan membuat perbandingan dengan orang lain, seolah memperlihatkan bahwa kita paling pantas untuk dicintai.


Hubungan yang berdasarkan rasa miliki ini, selalu sadar atau tidak sadar ketakutan pasangannya hilang (direbut/ beralih kepada orang lain).

Ini semua membuat kwalitas hidup menjadi negatif, pola pikir dan cara berinteraksi yang buruk, timbul sikap memojokkan pasangan. Terkadang begitu parah sikap curiga dari pasangan, mulai dari diam-diam mencuri periksa Hp, sampai tagihan kartu kredit, menyuap sekretaris untuk mendapat jadwal kegiatan bisnis, serta bersedia mencuci (membersihkan) mobil sang suami/ istri hanya karena ingin menemukan apa yang bisa untuk menjadi bukti dari kecurigaan yang ada dipikiran. Maka terjadilah permainan “Tom & Jerry” antar pasangan.



Menjadi pasangan suami istri berdasarkan ketakutan ditinggalkan, takut pasangan beralih mencintai orang lain, membuat kita lelah dan depresi sendiri. hal ini menjadi rumah tangga tidak enak, sebab kemana saja pasangannya pergi selalu timbul rasa takut kehilangan dia. Sampai-sampai banyak istri di indonesia, memegang uang / harta/ aset suaminya 100%, dan keuangan suaminya dijatah seperti anaknya yg masih SD. Kalau minta uang lebih ditanya untuk apa dan mengapa...?, istri model begini berpikir, kalau suami tidak punya uang, maka tidak akan bisa berbuat apa-apa, (padahal ini pemikiran yg paling lugu dari seorang perempuan) Survey membuktkan, para suami yang diperlakukan demikian, diluar rumah menjadi buas, seolah secara psikologis dia mau memperlihatkan “saya ini laki-laki yg bisa berbuat apa saja”, tapi didepan istrinya mengalah, karena tidak mau ribut apalagi cerai (formalitas status dipertahankan).



Banyak sifat/ karakter orang, banyak pasangan yang begitu menjadi istri atau suami, menjadi orang yg seolah menjadi pemilik dari diri pasangannya. Maka rumah tangga yang dibangun berdasarkan sifat pasangan seperti ini menjadikan pasangannya bukan menghargai dan kasih sayang tumbuh semakin subur, tetapi jadi hanya sekedar takut saja didepannya, maka jika dibelakangnya seperti kuda lepas dari kandang. Maka pikir baik-baik sebelum kasih leher untuk diikat dengan tali perkawinan.



Hidup berpasangan yang terikat pernikahan, sudah selayaknya didasari cinta.. Cinta disini merupakan kepercayaan dan kesetiaan, dimana hal ini tidak diminta, tetapi kesadaran individu lebih melestarikan adanya cinta jenis ini. arti Cinta disini bukan berarti orang harus selalu turut kita. Tetapi cinta dan rasa sayang yang dibangun dari sikap percaya dan menghargai masa lalu masing-masing pihak, akan terasa hangat dan abadi.



Egosentris kita banyak pegang peranan dalam hal hubungan. Jadi pasangan dilihat sebagai hak milik. Dia harus memenuhi keinginan dan gambaran kita, berperilaku seperti kemauan kita dan kalau bisa cinta kita terus. Ini berarti hidup terus menerus dari (dengan cara amat halus) agresi kehendak – sikap dan ego yang dibuat. Egoisme ini jadi memberi selalu jarak dan tanpa respek pada pasangan. Untuk hidup dengan rasa memiliki pada umumnya terjadi efek tak dapat memberi nafas (baca: ketenangan) kepada yang lain. Maka menelurkan teror (perkosaan jiwa) menimbulkan rasa tidak ada kebebasan kepada yang lain, tetapi sekaligus mendapat perasaan keamanan supaya tidak di tinggalkan, walaupun terkadang hanya sebatas fantasi, atau kenyataan semu saja..!


Salam bahagia untuk semua pasangan di dunia ini,

L.H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar