Selasa, 26 Januari 2010

Salah paham.? sakit hati.? jangan deh.!

sumber tulisan :

http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/26/salah-paham-sakit-hati-walah-jangan-deh/

penulis : Lianny Hendranata


Di dunia ini jelas berisi multi karakter, sifat manusia dengan segala kebiasaan dan budaya yang membentuk jiwanya semua kumpul. Komunitas dunia maya seperti Kompasiana ini adalah miniatur dari dunia tersebut, disini juga berkumpul semua orang dengan berbeda suku, agama dan ras.! maka membicarakan yang menyangkut SARA sangat sensitif dan jika orang tidak bisa bergurau (ngotjol) akan cepat sakit hati dan tersinggung.! karena bisa aja disatu suku, hal itu biasa-biasa aja, tapi disuku lain artinya luar biasa.!


Saat ini kita sedih melihat tayangan media elektronik ataupun media cetak, di mana banyak sesama manusia saling melancarkan kebencian, melancarkan kemarahan, menghujat, mencaci. Bahkan saling membunuh, baik dilakukan perorangan, seperti saat ini, banyak ditemukan korban mutilasi, manusia mengakhiri hidup sesamanya, dan dengan bengis memotong-motong tubuhnya. Saat ini seolah sesama manusia sudah kehilangan cinta kasihnya.



Begitu juga kelompok dalam skala besar seperti perang satu negara melawan negara lain, satu bangsa melawan bangsa lain, bahkan antarsuku, antaragama, seolah semua nafsu membenci tidak pernah surut, siapa yang dianggap tidak menyenangkan, siapa yang berbeda pandangan, dan siapa yang dianggap lawan, maka pantas ‘dihabisi’


Tidak bisa dimungkiri, kita merasa semakin hari semakin jauh memupuk cinta kasih kepada sesama, jangankan yang hidup berjauhan, dan tidak ada kepentingan dengan hidup kita, bahkan yang berdekatan rumah pun, kita sudah kehilangan kemauan untuk hidup sebagai ’sahabat’ sesamanya. Di sinilah kekejaman hati, sifat acuh terhadap penderitaan orang malah semakin terpupuk. Kita kehilangan makna dari “manusia adalah sahabat sesamanya”, maka tidak heran, generasi muda lebih bengis, lebih arogan dan hilang rasa kemanusiaannya, semoga Kompasiana menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang mampu memebri dan menerima kasihsayang antar warganya.


bersama tulisan ini saya mengajak kompasianer untuk berbagi cerita, bagaimana kata demi kata yang sama tapi berlainan arti menjadikan suatu gurauan lucu atau malah jadi berantam karena orang salah paham / tersinggung dan sakit hati.!




Kata yang sama lain artinya.!

saya ingat dulu, perumahan BTN yang saya tinggalin, itu sebagai proyek percontohan pemerintah tahap pertama, jadi kami penghuninya benar-benar multi Suku, Ras dan Agama, banyak benturan yang terjadi karena memang mulai dari kata perkata saja sudah berbeda, apalagi adat istiadat, belum lagi kebiasan makan-makanan, haram bagi si A tapi bagi B justru makanan lezat. nah disinilah TOLERANSI dibutuhkan, dan pengertian serta kasihsayang sangat diperlukan.!.



Contohnya, saya yang dibesarkan di tanah sunda (jawabarat), yang oleh nenek saya dibilang, suara saya heras gengerong (keras tengorokannya), dan beliau suka ngeluh kalau dengar saya bicara : aduh kamu ini kalau ngomong jangan getas gitu (maksudnya ketus) kita orang sunda terkenal, berleher jenjang (bhs sunda : pararajang) sebab kita ini melantunkan kata dengan lemah lembut dan sopan, contohnya : bade kamana kaaaaaaaaaaaaaang.? Ceu sabaraha hargi naaaaaaaaaaa.?


mungkin ini ya contoh leher panjang yang kalau ngomong lemah gemulai hahaaa


Nah dalam masyarakat sunda, terbiasa memanggil tetangga atau ibunya teman, jika usianya lebih muda dari ibu saya, maka dipanggil BIBI, dalam bahasa popular artinya tante ‘kan.? adiknya ibu.


dengan pengetahuan itu, saya panggil BIBI pada ibu mertua tetangga seberang rumah yang baru datang dari Jawa tengah. saya sapa : ooh BIBI baru sampai.? apakabar BI.? lancarkan diperjalanan.?


eeeeeeeeeh tanpa diduga, ibu tersebut, menangis dan memanggil anak menantunya, dia katakan, Nak, ibumu dihina sebagai pembantu nih.!


walah saya bengong.! ternyata anaknya memberitau, mereka terbiasa memanggil para pembantu dengan panggilan si BIBI (bukan Babu ya) jadi begitu mendengar saya panggil BIBI, ibu tersebut marah dan sakit hati, karena saya dianggap merendahkannya.! walah berabe ya.! jika berhadapan dengan orang yang gampang sakit hati.!


Sebaliknya, saya yang terbiasa memanggil pembantu / tukang masak di kantor dengan sebutan mba, ini juga sudah lumrah sekarang, banyak orang memanggil pembantunya dengan sebutan mbak, maksudnya itu mengajar anak memanggil pembantu sebagai kakak, tapi sekarang akhirnya semua pembantu dipanggil mba mba hahaaaa


waktu saya kerumah teman yang asli orang Jogya, saya panggil pembantunya dengan sebutan mbak.. mbak… tolong buka pintu.! ibumu ada.?


teman saya marah, bilang….. masa pembantu dipanggil mba.! dia kan lebih muda dari kamu.! panggil dia BIBI jika kamu belum tau namanya. hahahaa, salah lagi deh.


ayah saya, selalu memanggil perempuan asal jawa tengah dan jawa timur dengan sebutan Ayu, karena di tanah sunda, beken perempuan jawa, dipanggil si Ayu atau dipendekkan menjadi Yuk yuk.

waktu beliau nginap di rumah saya, ada tukang pecel keliling yang dagang memang orang klaten asli, ayah saya memanggil sambil melambaikan tangannya : yu… ayu…….yu… ayu Huahaaaaaaaaaa tukang pecelnya sampai ngakak, dan bilang, aduh pak, saya masa dipanggil Ayu (dia GR) karena ayu (dalam bhs jawa) = cantik


Nah kalau gurauan tentang, orang sunda ngantri di WC umum yang didalamnya orang jawa tengah. pasti kompasianer sudah banyak dengar tentang ini ya, silahkan disharing di kolom komentar, siapa tau ada yang belum tau hahaa.!


tetangga juga ada yang orang Ambon disebelah rumah, suatu hari saya liat tukang pemunggut barang bekas sudah lama di depan rumah tersebut, saya coba keluar untuk memperhatikan, maklum jaman itu, di komplex kami banyak maling, sampai tempat jemuranpun dibawa sama jemurannya hahaaa


waktu saya keluar, si tukang bilang : bu, tolong dong, tanya sama ibu didalam, mana seng yang mau dijual, saya sudah lama nih nunggu.!


walah, saya bilang, bang kalau ada juga pasti sudah dikeluarin.!


si abang bilang, ada bu.! coba ibu dengar nih, trus si abang teriak ; Bu, mana barangnya.?


suara si ibu dari dalam rumah, juga teriak : Sing ada.! Sing ada.!


nah ada ‘kan, sengnya.! tapi koq gak dikeluarin.! suara si abang mengerutu.


saya penasaran, permisi masuk kerumah tetangga tersebut, dan saya tanya : bu. sengnya yang mau dijual mana.? tuh si abang diluar sudah lama nunggu.!


eeh si ibu nyahut : lhaaaaaaaa dari tadi saya sudah bilang Sing ada.!


huahahaaa saya baru sadar, ini salah paham salah arti, ternyata si ibu mengatakan Sing ada, itu maksudnya TIDAK ada.! bukan seng bekas yang ada hahaaaa.


kemarin saya dengan mbak Cinta dan bang Rismanaceh, membahas buah Pria, kata bang Risman di Aceh, buah tersebut dipanggil buah Pria, saya belum engeh itu apa.! sampai mbak Cinta nulis, di semarang disebut Pare, benar rasanya pahit.! hahahaaa saya ngakak lho di Aceh koq jadi buah Pria, di masyarakat sunda, buah itu disebut Paria.! bukan pria (lelaki)



akhir kata, saya sebagai penduduk baru di Kompasiana ini yang tentu saja, saya juga banyak menulis dan berkomentar terhadap artikel-artikel orang, pastilah suatu hari ada salah paham, ada salah maksud, nah sudah sewajarnya kita belajar dewasa.! bisa kita membahas langsung (diskusi/ argumen) dengan tenang dan pengertian atau tanya via japri agar semua permasalahan bisa langsung beres, jangan sakit hati diam-diam, karena pepatah mengatakan jelas Lain ladang lain Belalang.!


Supaya pemahaman dari kalimat homo homini socius yang diterjemahkan, sebagai “manusia adalah sahabat sesamanya” tetap berjalan sesuai maknanya. dan jika semua manusia di muka bumi ini bisa menjalankan asas demikian, mungkin perang dan ajang saling bunuh, bermusuhan, dan saling benci sudah tidak ada lagi. demikian juga harapan saya dengan komunitas Kompasiana ini.!


Salam persahabatan,

Lianny


ket : foto diambil dari google



Tidak ada komentar:

Posting Komentar