Sabtu, 26 September 2009

Efek Kebencian & Memaafkan pada jiwa kita



Efek Kebencian & Memaafkan Pada Jiwa






Terbit di Suara Pembaruan edisi 26 Sept '09

Penulis : Lianny Hendranata

http://www.suarapembaruan.com/News/2009/09/27/Psikolog/psi02.htm

Kata "BENCI" merupakan kata ternegatif / terkelam untuk jiwa seseorang, jangankan manusia, hewanpun jika kita katakan, 'saya benci kamu' maka efeknya akan sangat dahsyat. Bayangkan jika di jalanan seseorang berteriak pada kita "saya benci kamu", maka tanpa kenal dan tanpa tahu ada penyebab kebenciannya, kita otomatis langsung timbul ada rasa benci juga padanya.! apalagi jika yang berteriak benci adalah orang yang kita kenal bahkan orang yang kita sayang.! tentu efeknya lebih dahsyat lagi untuk jiwa kita.


Ya kebencian sangat besar pengaruhnya dalam hidup ini, banyak orang tanpa sadar memelihara kebencian dalam dirinya, hingga suatu hari kebencian bertunas menjadi dendam dan membuat tubuhnya menjadi pabrik penyakit kronis.


Kebencian membuat kita selalu merasa kenyang, enggan makan, sulit tidur. Disitulah Kebencian sudah mulai membuat tubuh kita hancur sedikit demi sedikit, Kebencian membuat maag kita menjadi kanibal yaitu mencerna dirinya sendiri karena produksi asam lambung yang berlebihan, dan akhirnya membuat imunsistem kita melemah, membuat kita menjadi pelanggan flu ringan sampai berat, bahkan tidak tertutup kemungkinan menjadi penderita kanker.


Kita merasa 'benci' pada seseorang karena kita menganggap kesalahan terletak pada orang lain.! terlepas siapa yang salah, yang jelas efek kebencian yang kita pelihara akan mengerogoti sendi-sendi kehidupan kita sendiri. Ada contoh ilustrasi cerita, seorang perempuan sangat amat membenci perempuan lain yang suaminya kenal dan jatuh cinta padanya, begitu bencinya dia, sampai membuat segala intrik dan menciptakan fitnah-fitnah keji untuk menjatuhkan perempuan tersebut.!


Nah siapa yang salah dalam hal ini..? apa seratus persen perempuan tersebut.? adakah keinginan dari sang istri tersebut untuk intropkesi diri.? adakah yang salah dari dirinya dalam relasi dengan suaminya. Kenapa sang suami bisa berpaling darinya.? Kenapa dia tidak membereskan urusannya dengan suaminya sendiri, daripada sibuk 'menjatuhkan' saingannya. Dan yang jelas perbuatannya menimbulkan kebencian baru pada perempuan lain tersebut, padahal mata rantai kebencian adalah perbuatan sang suami yang mengalihkan cintanya pada perempuan lain, tetapi kebencian mengalir dan beranak pinak pada dua perempuan tersebut.


Memang terlalu rumit untuk melihat kedalam, kenapa hal yang tidak kita inginkan terjadi pada diri, Kita sudah terbiasa untuk menyalahkan orang lain dan membenci. Yang jelas kebencian tidak akan luntur jika dibalas dengan kebencian.! Budha memberi nasihatnya "Bukan dengan kebencian untuk mengalahkan kebencian, tetapi kebencian akan teduh karena cinta, Lupakanlah maka kebencian berangsur sirna"


Efek Benci pada kesehatan

Minggu lalu saya membezuk seorang klien yang dirawat di sebuah rumah sakit. dia menderita penyakit gagal ginjal dan sedang dalam perawatan, ada kemungkinan salah satu ginjalnya harus 'dibuang', dan terpaksa hidup dengan satu ginjal yang juga sudah tidak terlalu sehat. Melihat usianya yang belum terlalu tua, maka sangat disayangkan kenapa hal ini terjadi.? Dalam dialaog dengannya, banyak keluh kesah hidup yang dia sampaikan, menyimpulkan bahwa batinnya menderita luka parah.!


Saat kita melihat seseorang terpuruk dalam kesakitan, barulah kita sadar, betapa kesehatan adalah hal yang terpenting yang harus kita miliki dalam hidup ini. Banyak kejadian justru ketika kita sendiri yang menderita sakit penyakit, banyak hal yang dijadikan 'kambing hitam' dari masalah kesehatan tersebut, baik itu tentang pola makanan atau gaya hidup. Tetapi banyak orang lupa bahwa kesehatan fisik sangat erat hubungannya dengan kondisi jiwa kita.


Sangat menarik melihat 'benang merah' antara kondisi jiwa kita dengan efek yang terjadi pada fisik kita, Beberapa riset terlihat kenyataan kondisi darah yang mengalir dalam tubuh menjadi kental dan berwarna merah gelap serta mengalir tersedat-sedat, ketika seseorang memikirkan kembali, kejadian-kejadian yang membuatnya sakit hati atau tersakiti secara psikis bukan fisiknya. Demikian juga riset pada pola energi elektromagnetik tubuh menggunakan mesin AVS (Aura Video Station) dimana medan energi berwarna yang kita kenal dengan sebutan aura, pancarannya menjadi susut, serta menjadi keruh dan kehilangan cahayanya saat seseorang mengembalikan ingatannya pada hal-hal yang membuatnya sakit hati, marah dan sedih.


Bisa dimengerti jika kita selalu dalam kondisi 'sakit hati', ketidak lancaran darah yang mengalir ditubuh ini akan menjadi masalah kesehatan serius untuk fisik kita, menjadikan darah kita tersedat sehingga organ dan otak kekurangan oksigen. Demikian juga energi elektromagnetik tubuh kita yang seharusnya menjadi 'perisai' untuk melindungi dan menjaga tubuh fisik dari serangan energi negatif dari luar tubuh sendiri, menjadi kehilangan fungsinya, dan menjadikan tubuh kita lemah tanpa perlindungan, , maka kesimpulannya "Memelihara ingatan (dendam) pada orang yang menyakiti kita, sama seperti kita sendiri yang minum racun dan berharap orang lain yang akan mati.!"


Riset para ahli jiwa dibanyak negara sudah membukukan, pasien-pasien penyakit berat seperti penderita liver kronis, infeksi ginjal dan penderita kanker payudara, gangguan jantung dan sebagainya, bisa sembuh total saat dia bisa melepaskan 'dendam' nya pada hal-hal yang menyakiti hatinya, melepaskan amarahnya, dan mampu memaafkan orang-orang yang membuat luka batin pada dirinya. Ketika dia mampu mengobati luka batinnya, barulah penyakit pada fisiknya berangsur bisa disembuhkan. obat-obatan hanyalah 'pembantu' dalam pemulihan, tetapi penyembuhan terjadi saat Luka batin bisa dilepaskan, dinetralisir sampai taraf hilang dari ingatan jiwa kita.


Memaafkan karunia terindah

Memaafkan bukanlah sebuah perasaan. tetapi sebuah tindakan dari diri kita, apa yang mau kita lakukan, memaafkan atau tidak, itu adalah tindakan diri kita.! Banyak kata maaf berhamburan, apalagi saat hari raya Idul Fitri tiba, tetapi memaafkan yang bagaimana yang mampu melepaskan kita dari sebuah penderitaan batin.?


Saya pernah menulis artikel dan tayang pada Suara Pembaruan edisi 9 Februari 2002 berjudul "Memaafkan, adalah karunia terindah", beberapa saat setelah artikel itu tayang, saya menerima banyak email yang isinya banyak tanggapan dari pembaca, ada yang protes, kenapa Memaafkan dianggap karunia terindah dalam hidup.? Banyak email yang menuliskan, terlalu ke'enakan orang yang menyakiti kita, dimaafkan begitu saja, mereka protes bahwa memafkan bukan karunia terindah dalam hidup. Tetapi juga ada yang bersaksi bahwa sejak dia baca tulisan tersebut dan mampu menetralisir dendamnya pada seseorang, maka dia berangsur sembuh dari penyakit kronis yang sudah lama dideritanya.


Memaafkan mampu melumasi sendi-sendi roda kehidupan yang mulai aus termakan kebencian, memafkan bukanlah hanya 'lips servis'.! Memaafkan yang akan berpengaruh pada kesehatan lahir batin kita, adalah memaafkan yang sungguh-sungguh disadari untuk dibuat, bukan hanya dipaksakan, kita harus sadar bahwa perbuatan kita yang bernama 'memaafkan' ini diperbuat untuk kesehatan diri kita, bukan untuk orang lain.!


Alkitab memberi nasihat untuk kita renungkan dan lakukan : Efesus 4:32 "Membenci dan mendendam membawa permusuhan. Memaafkan dan melupakan membawa kedamaian".

Selamat merayakan Idul Fitri bagi yang merayakan, semoga dihari yang Fitri ini, kita mampu tersadarkan untuk memberi maaf pada orang lain, juga pada diri kita, supaya bisa hidup sehat lahir batin.! Jangan takut mengambil resiko, anggaplah resiko sebagai kesempatan kita untuk belajar. Ya belajar memberi maaf dan belajar menerima maaf.



Selamat memaafkan, dan jadilah Sehat.!


1 komentar: