Jumat, 19 Juni 2009

Tetap Mengasihi walaupun Banyak Alasan untuk Membenci


Tetap Mengasihi walaupun Banyak Alasan untuk Membenci

http://www.suarapembaruan.com/News/2007/12/02/Psikolog/psi01.htm
ditulis : lianny Hendranata
diterbitkan Suara Pembaruan 2 Desember 2007

Dengan tubuh menggigil dan air mata mengalir deras, aku berusaha mendekatkan telingaku kemulut Aryanie sahabatku, dan terdengarlah suaranya yang lemah tapi jelas, "Jangan biarkan orang yang kamu cintai menganiaya fisik, apalagi psikismu."


Betapa aku tidak bisa mengerti kenapa sahabat yang dulu menjadi bunga desa, dan sangat pintar serta supel dalam berorganisasi, sekarang terbaring di ICU rumah sakit dengan alat bantu medis untuk mempertahankan hidupnya, dan berpesan seperti yang baru saja kudengar.


Masih jelas dalam ingatan, kala Aryanie menceritakan bagaimana dia sangat mencintai suaminya, apa pun yang dia lakukan untuk menyenangkan sang suami, bahkan dengan temperamennya yang cepat naik darah, sang suami tidak segan-segan melempar apa saja ke muka istrinya, kalau dia menilai hasil pekerjaan sang istri tak disukainya.


Tak jarang, sang suami memakinya perempuan goblok, sok suci, cengeng, tidak tahu diuntung dan masih banyak kata- kata yang selalu memojokan hati Aryanie. Namun, semua hilang tak berbekas, hati Aryanie mampu memaafkan, mampu memaklumi kelakuan sang suami tercinta.


Bahkan, dia bisa mengatakan, "Biasalah lelaki kalau lagi kumat, kita perempuan harus mengerti dan jangan pernah membuat cinta kita luntur karena perlakuannya."


Tapi, hari ini disisa akhir napasnya, Aryanie berpesan, "Jangan biarkan orang yang kamu cintai, menganiaya fisik apalagi psikismu." Ah, Aryanie, kenapa kamu begitu terlambat untuk melaksanakan pesanmu sendiri untuk dirimu sendiri. Aku pun menangis, merasakan penderitaan sahabatku ini.

Kekerasan terhadap pasangan, sudah menjadi kalimat populer, bahkan sekarang banyak aktivis yang membentuk badan yang menangani kasus-kasus demikian, undang-undang pun sudah dibuat. Kini, siapa saja yang mendapat kekerasan dari pasangannya boleh melapor dan mendapat bantuan. Sejumlah kasus memang terkuak dan mendapat penanganan serius, tetapi itu kasus yang terjadi dalam bentuk kekerasan fisik yang ada buktinya, yang bisa terlihat dan divisum.


Bagaimana dengan kasus penganiayaan psikis? Ini tidak bisa dibuktikan, bahkan penerima perlakuan ini sering tidak sadar bahwa dirinya sudah menjadi korban penganiayaan berat, membuat trauma yang dalam pada kejiwaannya. Banyak korban yang menjadi gila terselubung, bahkan menjadi gila dalam arti sebenarnya, sehingga harus dirawat di rumah sakit jiwa.

Tidak sedikit pula yang menjalankan sisa hidupnya menjadi penderita sakit kronis yang mengenaskan. Sebuah survei membukukan bahwa lebih dari setengah tempat tidur rumah sakit di dunia, dihuni oleh orang yang berpenyakit kronis, karena sakit batin.


Sehat Artinya Bahagia

Seorang klien penderita kanker payudara stadium akhir, mengisahkan, sudah sangat terlambat ketika dia menyadari bahwa selama ini membiarkan makian kasar orang yang dicintainya, bahkan kata-kata menyepelekan, merendahkan dirinya, dan semua yang negatif yang distempelkan pada dirinya, adalah sah dan layak dia terima.


Berpuluh tahun menerima semuanya sebagai sesuatu hal yang normal, dan membentuk dirinya menjadi orang yang benar-benar percaya bahwa dia adalah manusia yang layak disakiti, layak dicaci, layak dibuat sebagai tempat pelampiasan marah orang yang sangat dicintainya, dia tetap mengasihi walaupun banyak alasan untuk membenci.


Klien itu mengatakan, dia tidak bisa sadar bahwa dia mendapatkan penganiayan psikis yang berat, dan butuh ditolong! Dia menganggap normal karena dia menilai penganiayaan atau kekerasan hanya diakui kalau dalam bentuk pemukulan fisik.


Bayangkan lebih 15 tahun dia hidup dengan sangat hati-hati untuk berlaku, menyediakan sayur tidak boleh terlalu panas, dan duri ikan harus bersih jangan sampai tertelan orang yang dicintainya, dia begitu ketakutan kehilangan orang yang dicintainya, sampai apa pun dia lakukan untuk membuat senang orang yang dicintainya. Dia minta disayang persis seperti anak kecil yang mencoba meraih kasih sayang orangtuanya dengan membujuk dan melakukan hal-hal yang menyenangkan.


Kenapa kita menjadi sakit? Jawabannya, karena kita tidak bahagia. Dalam keadaan tidak bahagia, semua sistem tubuh kita kacau, sistem imun kita menjadi lemah, dan dengan segala faktor pengiringnya menjadikan kita sangat terpuruk.


Orang yang tidak bahagia banyak sekali bermain dengan pikirannya sendiri, tarik ulur tentang salah menyalahi terjadi dalam alam pikiran, diperparah jika ketidakberdayaan ini tidak mendapat jalan ke luar, seperti berbagi dengan orang lain, atau mampu mengungkapkan (protes) ketidakbahagiaan ini kepada orang yang menjadi penyebabnya.


Atas Nama Cinta

Walaupun banyak di antara kita yang dibutakan cinta, tapi saat menyadari bahwa pasangan Anda seorang yang melakukan kekerasan terhadap Anda, baik itu penganiayaan fisik atau psikis, apa pun alaasannya itu bukanlah cinta! Atas nama cinta, hentikan kebiasaannya menyakiti Anda, apa pun bentuknya! Atas nama cinta, hargai diri Anda sendiri.


Bukan cinta namanya bila orang yang kita cintai tega menyakiti hati dengan kata-kata pedas, atau dengan tinju dan tamparan, bahkan dengan sundutan bara api rokok. Atas nama cinta beranikanlah diri untuk meraih kebahagiaan dan cinta yang benar, yaitu saling menghargai, saling mengerti, dan saling mengasihi.


Kita harus sadar bahwa kita layak dicintai, layak dihargai, dan arti cinta adalah memberi dan menerima kebahagiaan dari orang yang dicintai. Mulailah kita menghargai diri kita sendiri, mulailah kita membangun hargai diri kita dengan mengerjakan hal-hal positif yang baik untuk diri sendiri dan lingkungan. Berhentilah jadi korban yang merasa layak dianiaya psikis dan fisik. Hanya dengan mencintai dan menghargai diri kita, maka orang akan melakukan hal yang sama pada kita.


Penyembuhan ada di tangan kita sendiri. Hilangkan ketakutan, perasaan terancam, serta kelemahan karena merasa tidak berdaya, juga merasa diri salah. Dengan demikian, kita membangun kekuatan diri dan mengobati jiwa kita sendiri untuk kuat meneruskan hidup. Pakailah semua daya kesembuhan, merasakan kasih sayang dengan diri sendiri, dengan sesama, berharmonis dengan alam dan segala bentuk rasa syukur. Buktikan bahwa kekuatan ini ada pada jiwa kita dan pakailah untuk kesehatan dan merasakan keutuhan diri.


salam bahagia untuk orang yang berani mencintai dan membela dirinya,
L.H



Tidak ada komentar:

Posting Komentar