Senin, 01 Maret 2010

Ach aku impoten.!

Jika kita betul-betul tidak menikmati stres yang muncul dalam kehidupan sebagai tantangan, maka stres itu akan menekan dan mempengaruhi kekebalan tubuh dan mental, juga tingkat-tingkat energi serta keadaan pikiran kita, sehingga mempengaruhi mutu kehidupan. Hal ini terjadi dalam hidup yang penuh persaingan ketat dalam karier dan bisnis.


dibawah ini kisah seorng klien yang kita nama saja, si Cap Cay, dan artikel ini pernah tayang di SP edisi 19 oktober 2003, semoga pembaca bisa mengambil manfaat dari tulisan ini.



Cap Cay adalah seorang lelaki yang terkenal sebagai top sales yang luar biasa. Bagaimana tidak? Sebagai orang muda yang dinamis, pekerjaan jadi sales sudah dia lakukan sedari duduk di perguruan tinggi, ketika ia banyak memasarkan barang kebutuhan harian yang mudah laku pada teman-teman kuliahnya. Sampai saat ini, dia sudah malang melintang di dunia pemasaran hampir separo umur hidupnya yang sudah mencapai kepala empat.


Seperti kata pepatah, “Semakin tinggi kita berada, semakin keras angin bertiup.” Nah, pepatah itu yang sekarang Cap Cay alami dalam hidupnya.


Dulu Cap Cay hanya seorang anak buah. Seandainya target pemasaran tidak dicapai, ada manajer yang akan menutupi supaya pembukuan selalu beres dan target gol. Sekarang Yadi sudah menjadi general manager perusahaan eceran yang merajai pasar di seluruh pelosok kota maupun desa.


Sebagai bos, dia menikmati arti fasilitas yang diberikan perusahaannya, yaitu rumah di kompleks perumahan mewah serta mobil sedan yang siap dipakai dan terasa sudah menjadi milik sendiri walaupun di surat mobil tertera mobil milik perusahaan. Istri yang cantik, dua orang remaja putri yang terpenuhi segala keperluannya mewarnai kehidupan Yadi yang tampak berseri.



Kelelahan Pikiran


Cap Cay Belakangan ini, punya rahasia kecil di hati yang dia simpan sendiri. Kadang-kadang, tatkala dia bisa sampai di rumah di bawah jam sembilan malam, sesudah mandi dan makan malam yang sudah langka dilakukan di rumah mengingat jam keberadaannya di rumah hampir selalu larut malam, dia berusaha memberi nafkah batin kepada istrinya yang juga sudah jarang dilakukan. Badan dan pikirannya sangat lelah didera pemikiran untuk mencapai target-target pemasaran setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, dan setiap tahun yang harus selalu meningkat. Dalam rumus target pemasaran di perusahaan, tidak ada istilah menurun, semua harus selalu meningkat!


Kala dia berhubungan intim dengan istrinya, Cap Cay sering gagal disebabkan si “buyung” tidak mau diajak bekerja sama. Dia sama loyonya dengan badan yang kelelahan, dan pikiran Cap Cay yang selalu ke angka penjualan.


Walaupun istrinya banyak maklum, sebagai laki-laki muda yang normal, diam-diam Cap Cay menyimpan rasa waswas, jangan-jangan aku sudah impoten. Demikian pikirnya!


Atas saran teman-teman dekatnya, Cap Cay mulai mengonsumsi vitamin tambahan untuk tujuan yang satu itu, bahkan sengaja titip-titip teman yang ke luar negeri untuk membeli obat atau vitamin yang lebih top, tetapi tetap saja belum mendatangkan hasil yang nyata.


Cap Cay kecut juga menghadapi kenyataan itu, lebih-lebih kala pembukuan menunjukkan macetnya satu dua daerah sasaran andalan untuk produk tertentu karena target bukannya meningkat, yang terjadi malah anjlok.


Cap Cay pun benar-benar merasa tidak berdaya, terakhir berhubungan intim dengan istrinya yang mulai berkomentar. “Lho, umur belum setengah abad, kok sudah loyo tidak bisa dipakai.” Kata-kata istrinya itu selalu bergema di relung hati Cap Cay membuatnya bertambah frustrasi.


Teman-temannya menyarankan untuk mencobanya metode pamungkas yang mereka rasakan cukup efektif, yaitu mencoba berhubungan dengan “perempuan lain”. Mereka berpendapat ada kalanya kalau dengan yang di rumah karena bosan jadi tidak bisa, tetapi dengan orang baru mungkin bisa. Tetapi, Cap Cay adalah figur suami setia, dia tidak setuju dengan metode teman-temannya.


Bagaimana mungkin, tanyanya dalam hati juga kepada teman-temannya, dengan istri yang aku cintai saja tidak bisa, apalagi dengan orang lain. Tetapi, karena sudah dicoba segala macam obat dan vitamin tetap saja tidak berfungsi, suatu hari Cap Cay belajar dari teman-temannya untuk sekadar “mencoba jajan” rasa kikuk dan rasa bersalah menambah frustrasinya.


Yang terjadi mereka hanya ngobrol ke kiri ke kanan dan Cap Cay memberi sejumlah uang kepada gadis muda tersebut, dan pulang dengan kepala yang lebih berat dari biasanya. Ternyata dengan perempuan lain pun dia gagal. Ya, impotenlah aku ini, demikian jerit Cap Cay dalam hati dengan sedih dan putus asa.



Impoten karena Stres


Mengapa gairah seks menurun atau bahkan hilang, banyak penelitian membuktikan bahwa keluhan impoten dari seseorang bukan disebabkan oleh masalah dari organ seks itu sendiri, tetapi lebih banyak faktor penentunya, yaitu pikiran yang diistilahkan dengan kata “stres”.


Banyak laki-laki yang hilang kejantanannya saat melakukan hubungan seks dikarenakan beban pikiran akibat pekerjaan yang membutuhkan pemikiran yang kuat dan rumit yang menenggelamkannya ke dalam frustrasi yang berkepanjangan.


Ya, tidak disangkal lagi para suami menjalani kehidupannya sebagai kepala rumah tangga yang harus bertanggung jawab akan kebutuhan keluarganya, sudah sewajarnya mereka berusaha untuk selalu maju dalam jenjang prestasi.



Maka ada ahli yang mengatakan, “Di mana kekuatan dan kenikmatan seks yang sesungguhnya? mereka menjawab bahwa itu semua ada dalam otak yaitu pikiran.”

Bukan rahasia lagi, banyak kasus impoten seorang suami terjadi hanya pada pasangan resminya, yaitu istri. Tetapi dengan orang lain tetap bisa, dan merasa baik-baik saja tidak ada masalah. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Tentu saja jawabannya juga sederhana, yaitu karena pikirannya, bukan karena organ seksnya!

Kesimpulannya adalah pikiran yang menentukan segalanya, jika pikiran tenang bahagia menciptakan hal-hal positif, segalanya pun bisa berjalan dengan lancar. Daripada lari menjadi pecandu obat-obat kuat, lebih baik menata pikiran dengan meditasi atau olahraga sehingga psikis menjadi tenang dan fisikpun kuat begitu juga ’senjata’ anda.! hahaaaaaa


keterangan :

gambar ilustrasi diambil dari google

asal tulisan Buku INNER POWER halaman 27

penulis Lianny Hendranata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar