Rabu, 27 Januari 2010

STS (Seks Tanpa Syarat )

Seks merupakan kebutuhan biologis mahluk hidup yang tidak bisa dihindari dan tidak bisa dihilangkan dari kehidupan itu sendiri, jelas sebagai manusia ‘normal’ kita membutuhkan hubungan intim ini.

Maka perlu ditegaskan bahwa kegiatan

seks sebagai penyaluran kebutuhan biologis saja,

sangat berbeda dengan seks yang bisa menghasilkan anak.!!!



Kalimat “cinta tanpa syarat”, pasti kita semua sudah pernah membacanya, dan mungkin sudah melaksanakannya. Tetapi bagaimana dengan fenomena “seks tanpa syarat”…? Jika membahas soal ini, pasti akan ramai dan banyak debat akan digerai, di mana ujungnya adalah makna kata “moral” yang jadi primadona untuk diketengahkan sebagai wasitnya.


Membicarakan “seks tanpa syarat”, selain terkaitnya makna kata “MORAL”, yang tidak bisa kita lepaskan adalah makna kata “hak”, yaitu HAK untuk menikmati apa yang kita mau, dan apa yang bisa kita dapat, tanpa menganggu orang lain. maka tidak heran,sekarang banyak masyarakat di kota - kota besar menjalani kehidupan ’seks tanpa syarat’ ini, baik single dengan single, maupun double dengan double.! yang lebih gawat lagi, hal ini berkembang subur di rumah-rumah kost mahasiswa.!



Sejak zaman purba, seks merupakan kebutuhan biologis mahluk hidup yang tidak bisa dihindari dan tidak bisa dihilangkan, yang ada adalah kesempatan untuk mengendalikan penyaluran keinginan biologis ini secara bijaksana, dan jangan lupa aman terkendali!


Maka perlu ditegaskan bahwa kegiatan seks sebagai penyaluran kebutuhan biologis saja, sangat berbeda dengan seks yang bisa menghasilkan anak.!!!


Sayangnya, banyak anak muda melupakan dan melakukan kegiatan penyaluran kebutuhan biologisnya dengan tidak memperhatikan “keamanan”, akhirnya menjadi polemik berkepanjangan jika sampai terjadi hamil!


Kita melihat drama kehidupan yang memprihatinkan, di mana beberapa mahasiswi harus menjadi korban pembunuhan teman main seksnya, karena kepanikan dalam menangani masalah kehamilan di luar perhitungan ini.


Tulisan ini bukan dimaksud untuk menilai benar atau salah, suci atau tidak suci seseorang melakukan hubungan seks di luar pernikahan. itu sepenuhnya tanggung jawab diri masing-masing, sebagai orang tua kita tidak bsia mengawasi 100% gerak hidup anak-anak kita, tetapi berdasarkan pengalaman melihat, anak-anak yang diberi pengertian akan bahaya dan resiko seks bebas, mereka lebih waspada dalam memandang kegiatan seks ini, dibanding anak-anak yang terkekang dengan banyak peraturan dan kemarahan orang tuanya tentang pergaulan anak-anak mereka.


Kembali pada topik di awal tulisan ini, yaitu membicarakan “seks tanpa syarat”, yang selanjutnya akan kita singkat saja dengan STS. Kita ingat juga dengan istilah “free sex”, yaitu istilah dari negara Barat, di mana kondisi pelaku “free sex” bebas dari keterikatan komitmen, seperti harus menikahi, atau harus setia pada satu orang saja dan sebagainya. Sebagai contoh, anak muda di negara Barat bisa berucap pada kekasihnya: “Saya cinta kamu, tetapi sekarang saya mau berhubungan intim dengan temanmu.” Di sini kita melihat bagaimana seseorang bisa bicara terus terang bahwa mencintai dan berhubungan intim adalah hal yang berbeda.


Nah, sekarang apa yang dimaksud dengan STS itu? Kita sudah tahu dengan seks yang dibayar, di mana wanita mendapat gelar pelacur, dan lelaki mendapat gelar gigolo. Tetapi bagaimana dengan STS ini? Ternyata seks tanpa syarat ini sudah lama menjadi semacam model dari pergaulan modern di kota-kota besar, termasuk di negara kita. Banyak istilah kita dengar, mulai dari SAL (sex after lunch) atau BBS (bobo bobo siang), bisa juga BBSS (buang-buang sperma sore), dan masih banyak istilah lainnya.


Seks tanpa syarat dimaksud adalah bersih dari imbalan bentuk uang atau barang, dan tidak terikat perasaan harus setia dengan seorang saja, atau harus menikahinya dan sebagainya. Yang menjadi syarat hanyalah sebuah KOMITMEN yaitu “TANPA TUNTUTAN” yang berlaku pada kedua pihak.


Di internet banyak beredar tip-tip untuk relasi seperti ini, misalnya carilah teman untuk kegiatan ini yang setara dalam pendidikan, ekonomi, dan cara berpikir. Sebab, tidak tertutup kemungkinan relasi tanpa syarat ini menjadi masalah dan bumerang yang akan melukai pelakunya, apabila didapat pengingkaran untuk komitmen yang sudah disepakati, yaitu tanpa tuntutan apa pun, dan tidak mengganggu kenyamanan hidup orang lain dari masing-masing pihak.



Gegap gempita hidup di kota-kota besar, bukan berarti kita harus lebur dengan gaya hidup sebagian penghuninya, jelas sebagai makhluk merdeka kita juga punya kemerdekaan diri untuk berkata TIDAK atas ajakan STS ini.!


Mariska pernah menulis artikel yang merupakan hibauan, “waspada terhadap prilaku seks suami istri yang menyimpang” coba buka lagi disini >> http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/12/waspadalah-terhadap-kelompok-suami-istri-berperilaku-seks-menyimpang-ini/


Seorang klien curhat pada saya, bahwa hidupnya hancur karena pasangan STS nya berubah menjadi monster yang menteror hidupnya, dimana klien tersebut berniat menyudahi petualangannya dalam gaya STS ini, sebaliknya pasangannya tidak rela melepaskan, walaupun kedua pihak masing-masing diri mereka sudah punya rumah tangga yang cukup ekonomi, cukup ideal dalam banyak hal, hanya mungkin (ini penilai pribadi saya) yang kurang pada diri mereka, adalah keintiman, kemesraan, kebersamaan, pengertian dan lunturnya komitmen atas sebuah mahligai pernikahan.! sebab jika sepihak saja yang menghargai pernikahannya dengan menjaganya tanpa mau menyakiti pasangannya, walaupun mungkin dia pernah terjatuh dalam STS ini, tetapi pihak lain menyepelekan pernikahannya sendiri, yang ada kehancuran bagi semua pihak.!


Tidak ada yang bisa saya berikan untuk mengatakan, sebaiknya kembalilah kita masing-masing pada seks sehat dengan pikiran dan hati yang ’sehat’, agar hidup yang sudah banyak keruwetan ini, tidak menjadi bertambah rumit.!


akhir kata, saya mohon maaf, warga Kompasiana jangan merasa digurui oleh tulisan saya ini, tetapi marilah kita berdiskusi di kolom komentar agar hidup kita lebih mesra dan harmonis dalam komunitas ini.

salam persahabatan untuk semua.!

ditayangkan juga di KOMPASIANA

http://kesehatan.kompasiana.com/2010/01/27/sts-seks-tanpa-syarat/


keterangan :

Foto ilustrasi diambil dari google

sumber tulisan : http://www.suarapembaruan.com/News/2007/11/25/Psikolog/psi01.htm

judul : Kejiwaan dalam penyaluran kebutuhan Biologis, penulis Lianny Hendranata.



Selasa, 26 Januari 2010

Warna Aura yang sama menyebabkan perselingkuhan.?

sumber tulisan diambil dari :

http://lifestyle.okezone.com/konsultasi/read/2009/12/03/233/281329/warna-aura-yang-sama-sebabkan-perselingkuhan


Kenapa suami saya meninggalkan saya untuk menikahi wanita yang auranya sama.?

apa betul aura yang sama membuat orang cepat terpikat.?

Apakah Aura berwarna sama buat dipelet.?



kompasianer, ini saya copy kan konsultasi seseorang yang keheranan dengan perselingkuhan suaminya yang mengatas namakan warna aura, mungkin kita bisa berbagi info dan memberi jalan keluar padanya untuk dia bisa melanjutkan hidupnya. (saya sdh dpt izin dari klien ini untuk memposting konsultasinya disini) ayo Mariska atau siapa saja bisa membantu, tolong tulis dikolom komentar ya. Trims.!


foto ini diambil dari : google


Dear L.H

saya mau tanya tentang aura, saya orang awam yang tidak mengerti tentang hal ini, tapi saya dapat masalah yang berkaitan dengan aura ini.

masalah saya, suami menikahi selingkuhannya, yang katanya mereka berjodoh karena warna auranya sama.

pertanyaan saya, apakah aura itu.?

kenapa suami saya meninggalkan saya untuk menikahi wanita yang auranya sama.?

apa betul aura yang sama membuat orang cepat terpikat.?

Terima kasih atas jawabannya,

Nony Kristanty (bukan nama sebenarnya)


Jawaban:

Hai Nony, langsung saya jawab saja pertanyaanmu ini, semoga bisa dimengerti.

Warna Aura yang sama dengan kasus Perselingkuhan dan Perceraian, adalah tiga hal yang berbeda, walaupun bisa saling berkaitan, jika memang dikait-kaitkan.

Pertanyaan ke 1 dan ke 3 jawabannya saya gabung menjadi satu.

Energi AURA sangat besar pengaruhnya pada kehidupan kita, walaupun tidak semua orang bisa melihat dan merasakan keberadaan energi ini secara kasat mata, tetapi energi ini selalu ada mengelilingi tubuh fisik kita, tentang apa itu energi AURA sudah saya jelaskan mendetail pada artikel “Mengenal Aura untuk Kesehatan”

Warna aura tidak ada yang lebih baik dari warna lain, tetapi sebuah aura sehat mempunyai ciri: 1) tepian lingkarannya mulus, 2) warnanya cerah, 3) kepadatannya sempurna. 4) getarannya stabil


contoh dari Lingkaran medan energi Aura yang tidak sehat


Warna aura merupakan proyeksi karakter seseorang, seperti kita ketahui seseorang yang memiliki medan aura berwarna merah, orange, dan kuning, lebih bersikap ‘membumi’ banyak gerak dan berorentasi pada apa yang dilihat dan berpikir secara logika. Sedangkan orang yang memiliki medan energi berwarna hijau, biru dan unggu, lebih bersikap ‘melangit’ banyak merenung, dan berpikir secara detail mendalam dengan perasaan.



Jelas sikap keseharian juga sangat berbeda, sebagai contoh, jika orang yang auranya dalam gradasi warna merah, orange dan kuning dalam kondisi marah, dia bisa berteriak-teriak dan banyak berexpresi dengan fisiknya. Sedangkan yang bergradasi warna hijau, biru dan unggu, walaupun dalam kondisi marah, dia bisa menjaga perasaannya untuk tetap ‘diam’ dan mengexpresikan marahnya dengan lebih lembut, mungkin dia tidak menggunakan bahasa verbal tapi lebih pada bahasa tubuh.


Jadi keuntungannya jika kita bertemu dengan warna aura yang sama, banyak kecocokan yang bisa ditemui, seperti hobi, gaya hidup, gaya pikir dan sebagainya. Tetapi bukan berarti hal ini penyebab suami ibu menceraikan ibu untuk menikahi perempuan lain, dimana warna aura mereka sama.


contoh dari medan energi aura yang cukup sehat,

ditandai dengan lingkaran yang jelas dan warnanya cerah


Di dunia ini banyak orang yang warna aura nyaris sama, sebab sesungguhnya sebuah aura tidak ada yang sama persis bahkan anak kembar sekalipun. jadi kesamaan warna aura bukan menjadi pembenaran untuk bercerai dan menikah lagi. Sekali lagi saya tegaskan, warna aura yang sama membuat seseorang merasa cepat cocok, dan ‘nyambung’ jika ngobrol dan menjalankan hobi, hal ini yang membuat seseorang terpikat dengan warna aura yang sama dengan dirinya.


Untuk menjawab pertanyaan ke 2, saya copy disini ya “kenapa suami saya meninggalkan saya untuk menikahi wanita yang auranya sama.?” Hal ini mungkin lebih cocok ibu konsultasi kepsikolog pernikahan, dan walaupun sudah agak terlambat karena kalian sudah bercerai dan suami menikah lagi, tapi apa salahnya mencari penyebabnya kenapa hal ini terjadi, sebab perceraian biasanya merupakan ekspresi final dari sebuah proses masalah persuami istrian yang berlarut dalam jangka waktu cukup lama, jadi tidak mungkin tiba-tiba pasangan menginginkan perceraian tanpa alasan.


Demikian saya mencoba menjawab pertanyaan anda, semoga bisa dimengerti .


salam hangat dari :

L.H

keterangan :

foto aura, koleksi pribadi, eksperimen dari AVS mesin aura generasi ke 3



Salah paham.? sakit hati.? jangan deh.!

sumber tulisan :

http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/26/salah-paham-sakit-hati-walah-jangan-deh/

penulis : Lianny Hendranata


Di dunia ini jelas berisi multi karakter, sifat manusia dengan segala kebiasaan dan budaya yang membentuk jiwanya semua kumpul. Komunitas dunia maya seperti Kompasiana ini adalah miniatur dari dunia tersebut, disini juga berkumpul semua orang dengan berbeda suku, agama dan ras.! maka membicarakan yang menyangkut SARA sangat sensitif dan jika orang tidak bisa bergurau (ngotjol) akan cepat sakit hati dan tersinggung.! karena bisa aja disatu suku, hal itu biasa-biasa aja, tapi disuku lain artinya luar biasa.!


Saat ini kita sedih melihat tayangan media elektronik ataupun media cetak, di mana banyak sesama manusia saling melancarkan kebencian, melancarkan kemarahan, menghujat, mencaci. Bahkan saling membunuh, baik dilakukan perorangan, seperti saat ini, banyak ditemukan korban mutilasi, manusia mengakhiri hidup sesamanya, dan dengan bengis memotong-motong tubuhnya. Saat ini seolah sesama manusia sudah kehilangan cinta kasihnya.



Begitu juga kelompok dalam skala besar seperti perang satu negara melawan negara lain, satu bangsa melawan bangsa lain, bahkan antarsuku, antaragama, seolah semua nafsu membenci tidak pernah surut, siapa yang dianggap tidak menyenangkan, siapa yang berbeda pandangan, dan siapa yang dianggap lawan, maka pantas ‘dihabisi’


Tidak bisa dimungkiri, kita merasa semakin hari semakin jauh memupuk cinta kasih kepada sesama, jangankan yang hidup berjauhan, dan tidak ada kepentingan dengan hidup kita, bahkan yang berdekatan rumah pun, kita sudah kehilangan kemauan untuk hidup sebagai ’sahabat’ sesamanya. Di sinilah kekejaman hati, sifat acuh terhadap penderitaan orang malah semakin terpupuk. Kita kehilangan makna dari “manusia adalah sahabat sesamanya”, maka tidak heran, generasi muda lebih bengis, lebih arogan dan hilang rasa kemanusiaannya, semoga Kompasiana menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang mampu memebri dan menerima kasihsayang antar warganya.


bersama tulisan ini saya mengajak kompasianer untuk berbagi cerita, bagaimana kata demi kata yang sama tapi berlainan arti menjadikan suatu gurauan lucu atau malah jadi berantam karena orang salah paham / tersinggung dan sakit hati.!




Kata yang sama lain artinya.!

saya ingat dulu, perumahan BTN yang saya tinggalin, itu sebagai proyek percontohan pemerintah tahap pertama, jadi kami penghuninya benar-benar multi Suku, Ras dan Agama, banyak benturan yang terjadi karena memang mulai dari kata perkata saja sudah berbeda, apalagi adat istiadat, belum lagi kebiasan makan-makanan, haram bagi si A tapi bagi B justru makanan lezat. nah disinilah TOLERANSI dibutuhkan, dan pengertian serta kasihsayang sangat diperlukan.!.



Contohnya, saya yang dibesarkan di tanah sunda (jawabarat), yang oleh nenek saya dibilang, suara saya heras gengerong (keras tengorokannya), dan beliau suka ngeluh kalau dengar saya bicara : aduh kamu ini kalau ngomong jangan getas gitu (maksudnya ketus) kita orang sunda terkenal, berleher jenjang (bhs sunda : pararajang) sebab kita ini melantunkan kata dengan lemah lembut dan sopan, contohnya : bade kamana kaaaaaaaaaaaaaang.? Ceu sabaraha hargi naaaaaaaaaaa.?


mungkin ini ya contoh leher panjang yang kalau ngomong lemah gemulai hahaaa


Nah dalam masyarakat sunda, terbiasa memanggil tetangga atau ibunya teman, jika usianya lebih muda dari ibu saya, maka dipanggil BIBI, dalam bahasa popular artinya tante ‘kan.? adiknya ibu.


dengan pengetahuan itu, saya panggil BIBI pada ibu mertua tetangga seberang rumah yang baru datang dari Jawa tengah. saya sapa : ooh BIBI baru sampai.? apakabar BI.? lancarkan diperjalanan.?


eeeeeeeeeh tanpa diduga, ibu tersebut, menangis dan memanggil anak menantunya, dia katakan, Nak, ibumu dihina sebagai pembantu nih.!


walah saya bengong.! ternyata anaknya memberitau, mereka terbiasa memanggil para pembantu dengan panggilan si BIBI (bukan Babu ya) jadi begitu mendengar saya panggil BIBI, ibu tersebut marah dan sakit hati, karena saya dianggap merendahkannya.! walah berabe ya.! jika berhadapan dengan orang yang gampang sakit hati.!


Sebaliknya, saya yang terbiasa memanggil pembantu / tukang masak di kantor dengan sebutan mba, ini juga sudah lumrah sekarang, banyak orang memanggil pembantunya dengan sebutan mbak, maksudnya itu mengajar anak memanggil pembantu sebagai kakak, tapi sekarang akhirnya semua pembantu dipanggil mba mba hahaaaa


waktu saya kerumah teman yang asli orang Jogya, saya panggil pembantunya dengan sebutan mbak.. mbak… tolong buka pintu.! ibumu ada.?


teman saya marah, bilang….. masa pembantu dipanggil mba.! dia kan lebih muda dari kamu.! panggil dia BIBI jika kamu belum tau namanya. hahahaa, salah lagi deh.


ayah saya, selalu memanggil perempuan asal jawa tengah dan jawa timur dengan sebutan Ayu, karena di tanah sunda, beken perempuan jawa, dipanggil si Ayu atau dipendekkan menjadi Yuk yuk.

waktu beliau nginap di rumah saya, ada tukang pecel keliling yang dagang memang orang klaten asli, ayah saya memanggil sambil melambaikan tangannya : yu… ayu…….yu… ayu Huahaaaaaaaaaa tukang pecelnya sampai ngakak, dan bilang, aduh pak, saya masa dipanggil Ayu (dia GR) karena ayu (dalam bhs jawa) = cantik


Nah kalau gurauan tentang, orang sunda ngantri di WC umum yang didalamnya orang jawa tengah. pasti kompasianer sudah banyak dengar tentang ini ya, silahkan disharing di kolom komentar, siapa tau ada yang belum tau hahaa.!


tetangga juga ada yang orang Ambon disebelah rumah, suatu hari saya liat tukang pemunggut barang bekas sudah lama di depan rumah tersebut, saya coba keluar untuk memperhatikan, maklum jaman itu, di komplex kami banyak maling, sampai tempat jemuranpun dibawa sama jemurannya hahaaa


waktu saya keluar, si tukang bilang : bu, tolong dong, tanya sama ibu didalam, mana seng yang mau dijual, saya sudah lama nih nunggu.!


walah, saya bilang, bang kalau ada juga pasti sudah dikeluarin.!


si abang bilang, ada bu.! coba ibu dengar nih, trus si abang teriak ; Bu, mana barangnya.?


suara si ibu dari dalam rumah, juga teriak : Sing ada.! Sing ada.!


nah ada ‘kan, sengnya.! tapi koq gak dikeluarin.! suara si abang mengerutu.


saya penasaran, permisi masuk kerumah tetangga tersebut, dan saya tanya : bu. sengnya yang mau dijual mana.? tuh si abang diluar sudah lama nunggu.!


eeh si ibu nyahut : lhaaaaaaaa dari tadi saya sudah bilang Sing ada.!


huahahaaa saya baru sadar, ini salah paham salah arti, ternyata si ibu mengatakan Sing ada, itu maksudnya TIDAK ada.! bukan seng bekas yang ada hahaaaa.


kemarin saya dengan mbak Cinta dan bang Rismanaceh, membahas buah Pria, kata bang Risman di Aceh, buah tersebut dipanggil buah Pria, saya belum engeh itu apa.! sampai mbak Cinta nulis, di semarang disebut Pare, benar rasanya pahit.! hahahaaa saya ngakak lho di Aceh koq jadi buah Pria, di masyarakat sunda, buah itu disebut Paria.! bukan pria (lelaki)



akhir kata, saya sebagai penduduk baru di Kompasiana ini yang tentu saja, saya juga banyak menulis dan berkomentar terhadap artikel-artikel orang, pastilah suatu hari ada salah paham, ada salah maksud, nah sudah sewajarnya kita belajar dewasa.! bisa kita membahas langsung (diskusi/ argumen) dengan tenang dan pengertian atau tanya via japri agar semua permasalahan bisa langsung beres, jangan sakit hati diam-diam, karena pepatah mengatakan jelas Lain ladang lain Belalang.!


Supaya pemahaman dari kalimat homo homini socius yang diterjemahkan, sebagai “manusia adalah sahabat sesamanya” tetap berjalan sesuai maknanya. dan jika semua manusia di muka bumi ini bisa menjalankan asas demikian, mungkin perang dan ajang saling bunuh, bermusuhan, dan saling benci sudah tidak ada lagi. demikian juga harapan saya dengan komunitas Kompasiana ini.!


Salam persahabatan,

Lianny


ket : foto diambil dari google



Kamis, 14 Januari 2010

Jika mau mnegubah dunia, perhatikan kondisi jiwa calon ibu

Memperingati hari ibu yang di Indonesia diperingati setiap tanggal 22 Desember, marilah kita merenungkan apa yang kita. lakukan / perbuat sebagai perempuan / wanita yang dipilih sebagai pintu gerbang.
hadirnya mahkluk Tuhan yang bernama manusia ini di dunia.


Para ahli jiwa berpendapat, kesehatan jiwa seorang calon ibu, akan memengaruhi kesehatan jiwa anaknya ketika janin tersebut tumbuh menjadi seorang anak. maka mereka berpendapat : “Jika Mau Merubah Dunia, perhatikan kondisi jiwa calon ibu”



Terlahir menjadi seorang perempuan/ wanita merupakan karunia tersendiri, bagaimana tidak?

  • · Wanita (wanito) artinya Wani- Noto yaitu berani mengatur, berani bertindak, berani berbuat. Itulah Wanita (ibu) yang dikatakan bahwa Surga saja dibawah telapak kakinya. (Fandala Kastoom)
  • · Negarawan selevel Napoleon Bonaparte saja berkata: Hanya dengan memberikan ibu-ibu yang baik saja dia bisa mempersembahkan negara besar yang makmur.
  • · Wanita adalah Tiang Negara, manakala baik wanitanya maka baiklah pula negaranya. Manakala bejat wanitanya, makala bobroklah pula negaranya. (Nabi Muhammad S.AW.)
  • Tinggi Rendahnya tingkat kemajuan sebuah negara ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat martabat dan kedudukan wanitanya dalam negara itu. (Charles Fourier)

“Sesungguhnya Setiap Kelahiran itu Suci Adanya” setiap peristiwa kelahiran merupakan sesuatu yang istimewa bagi bayi siapapun yang terlahir, adalah merupakan peristiwa kesucian dari Tuhan Sang Penciptanya. Kita tidak bisa memilih untuk menajdi ibu ’siapa’. dan kita tidak bisa memilih untuk menjdi anak ’siapa’



Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti-nantikan oleh pasangan yang mengharapkan datangnya buah kasih mereka. Tapi kehamilan menjadi saat yang mengelisahkan dan menakutkan, juga memalukan bagi para gadis yang hamil diluar rencana (luar nikah)


Menjadi seorang ibu harus menyadari bahwa karena dirinyalah, seseorang terlahir kedunia ini.! berbeda dengan seorang lelaki, dia bisa pergi dan melupakan setelah menaruh benih, tetapi seorang perempuan ketika tubuhnya sudah menerima dan mengizinkan benih lelaki tertanam dirahimnya, momentum itu menjadi kisah panjang dalam sejarah hidupnya.


Ibu yang Depresi

Banyak penelitian membuktikan, kondisi distres ibu yang sedang hamil memengaruhi kondisi batin secara menyeluruh pada si janin, baik pertumbuhan fisiknya, juga pertumbuhan kejiwaannya.


Saat ini banyak penyakit anak-anak yang muncul dengan memprihatikan, seperti autis dan keterbelakangan mental. hal ini masih menjadi momok yang menyeramkan bagi banyak orang tua ketika anaknya divonis sebagai penderitanya. penelitian kearah kejiwaan membawa hasil, ternyata sejak janin jiwa bayi sudah merekam apa yang terjadi didalam jiwa ibunya, dan apa yang terjadi diluar tubuh ibunya yang berpengaruh pada kesehatan sang ibu, dengan demikian tiga orang ahli memberi nasihatnya dibawah ini.


dr.T.B.Erwin Kusuma SpKJ mengemukakan: Untuk menjadi seorang ibu butuh persiapan Mental yang kuat, dimana seorang calon ibu harus bisa mengelola ketenangan batinnya agar kelak bayi yang terlahir mempunyai juga batin yang damai dan mental yang kuat.


Secara Mental seorang calon ibu butuh kedamaian yang akan menuntunnya untuk memelihara bayi dalam kandungannya juga memelihara dirinya sendiri. Secara Rohani seorang calon ibu butuh tempaan dan bimbingan yang benar agar kelak bayi yang dilahirkanpun menjadi anak yang ‘Soleh’.


Banyak pasangan calon orang tua menyepelekan pendidikan kerohanian mereka, maka bayi-bayi yang lahirpun secara tidak langsung menganut salah satu agama hanya diatas kertas, seperti orang tuanya agamanya hanya di K.T.P dan secara rohani tidak benar-benar terbimbing dengan baik.


Bimbingan jiwa untuk calon ibu

Dra Louise.M.Psi, Psikolog yang mengemukakan perkembangan fisik dan psikis seseorang ditentukan oleh faktor genetik, gizi dan lingkungan dan yang tak kalah penting adalah bagaimana perkembangan janin didalam kandungan dalam komunikasi dengan lingkungannya terutama calon orang tuanya.


Memasuki usia kehamilan 10 minggu janin mulai bereaksi terhadap rangsangan dari dalam badan ibunya, dan pada usia kehamilan 16 minggu janin mulai bereaksi terhadap rangsangan dari luar termasuk mendengar suara dari ibunya, berdasarkan hal tersebut RS Harapan Kita Jakarta mempunyai fasilitas untuk psikiater janin dan terapi musik untuk janin. Seperti kita ketahui bersama juga, dimana anak sekarang tidak sama dengan anak-anak zaman dulu, demikian orang tua memberikan pendapatnya.



Secara fisik para ibu hamil, hormonnya terjadi kekacauan yang mana memerngaruhi emosinya, kadang demikian tidak stabil sehingga condong meledak-ledak emosinya, disinilah peran suami, calon ayah sang bayi harus memberi dukungan dan bimbingan agar calon ibu dan calon anaknya mendapat kenyaman dan perhatian serta kasih sayang.


Dibeberapa negara seperti Australia dan Amerika, dalam banyak rumah sakitnya, sudah melengkapi dengan terapi kejiwaan dalam kontek relaksasi (meditasi) dan di Indonesia beberapa Rumah Sakit bersalin, sudah menyediakan juga. dimana dalam kelas-kelas tersebut, selain senam hamil, para ibu hamil diajarkan juga mengelola ketegangan jiwa, untuk berlatih mengendalikan emosi dan berpikir positif.



Para Ahli sepakat dengan satu rumusan yaitu: “Jika Mau Merubah Dunia, perhatikan kondisi jiwa calon ibu” nah karena nasib dunia ada ditanganmu wahai para wanita, para ibu dan calon ibu sudah selayaknya siapapun yang menyebut dirinya wanita (perempuan) marilah kita berani menjadi WANITA yang berarti Wani-nata yaitu BERANI MENATA masa depan bangsa dimulai menata diri sendiri secara lahir batin, agar bangsa ini mempunyai generasi penerus yang soleh dan menjadikan Indonesia Negara yang pantas mendapat tempat didunia fana ini.


salam bahagia untuk semua,

Lianny Hendranata


Ket : foto diambil dari image google